Tidak untuk kali ini

Soonyoung berjalan santai sambil menendang kerikil di atas trotoar, ia bersenandung kecil dan membuat suasana tak semakin sunyi di kala ia sendirian.

Baru setengah perjalanan, Soonyoung berhenti karena terperanjat oleh pemandangan di depannya hingga membuat emosi dalam dirinya bergejolak. Ingin rasanya ia melayangkan sebuah pukulan di wajah pria yang sedang menarik paksa tangan Jihoon hingga rintihan Jihoon dapat Soonyoung dengar dalam jarak 3 meter dari tempat ia berdiri saat ini.

“JIHOON!” Teriaknya. Yang di panggil pun menoleh dengan linagan air mata di pipinya kemudian menjawab sahutan di seberang sambil menyebut namanya.

“SOONYOUNG TOLONGIN SOONYOUNG! AKHH!!”

“DIAM!” Ucap Pria yang masih memaksa Jihoon masuk ke mobilnya.

Keinginan Soonyoung tadi terwujudkan dalam hitungan detik, layangan pukulan ke arah wajahnya hingga pria itu reflek melepaskan genggaman kuatnya pada pergelangan tangan Jihoon.

“Jihoon sini!” Pintah Soonyoung,

Jihoon pun menurut dan bersembunyi di balik Soonyoung ketakutan.

“Heh?! Lo siapa berani maksa Jihoon masuk ke mobil lo?” Tanya Soonyoung pada pria di depannya.

“Yang harusnya nanya begitu gue tau! Lo siapa berani ikut campur?”

“Gue? Gue teman sekantornya? Kenapa?” Jawab Soonyoung

“Belagu lo ye! Beraninya ikut campur! Sini lo maju!”

“Dih nantangin siapa takut! HIYAA!!!!”

“SOONYOUNG!”

BUAKHH!!

“AKHH!!!”

“Soonyoung!!! Kamu gapapa?”

“Ji...”

“Soonyoung?!”

Jihoon membuat semuanya berimpas kepada Soonyoung, karena seruannya barusan memanggil Soonyoung mengakibatkan pergelangan tangan Soonyoung cedera akibat benturan benda keras yang pria aneh itu lakukan sebelum melarikan diri menjauh dari mereka.

Kini Jihoon membawa Soonyoung duduk di kursi taman yang tak jauh dari kejadian barusan guna mengobati pergelangan tangan Soonyoung yang cedera. Dapat terlihat warna kebiruan di sana membuat Jihoon khawatir dengan teramat pada Soonyoung.

“Duh?! Soon. Ini gimana? Sakit banget pastikan?” Tanya Jihoon kepada Soonyoung sambil menangis penuh rasa bersalah.

Soonyoung yang tak merasakan apapun hanya bisa tersenyum karena terhanyut dalam lamunan saat menatap wajah Jihoon yang menangis gemas di depannya.

“Soonyoung! Hiks, jawab!”

“Eh? Gapapa kok Jihoon, ga sakit sih cuman mati rasa aja”

“Ih tuh kan! Kamu tuh aku bilang bawa ke puskesmas deket sini aja ga mau! Sekarang aku ga bisa ngapa-ngapain selain paksa kamu supaya mau ke rumah sakit buat di rontgen!”

“Husss! Apaan sih lebay banget? Ga perlu segitunya. Serius ini cuman mati rasa dan keknya kamu bisa tanganin”

“Gimana caranya? Dimana juga yang mati rasa sini kasih tau aku” Ucap Jihoon.

Soonyoung tetap lah Soonyoung. Seribu macam cara ia akan menjahili Jihoon hanya untuk melihat wajah kesal yang menggemaskan baginya, dan Soonyoung perlahan memulai aksinya.

“Disini”

“Dimana? Sini?”

“Iya dimata nih kamu tiup aja”

Jihoon dengan polos meniup mata yang sama sekali tidak termasuk dalam list terkena dampak benturan tadi.

“sini juga nih”

“Di sini?”

“Iya disitu- aw!!”

“Aduh huhu maaf soon aku ga sengaja maaf”

Kali ini mendarat di tempat yang benar pada pergelangan tangannya. Dan kemudian—

“Ji, ada satu lagi tempat yang mati rasa”

“Dimana? Kasih tau aku” Tanya nya serius.

“Sini?”

Jihoon membeku kemudian menampar Soonyoung dan berlalu pergi.

“Padahal disini emang mati rasa Ji, kalau lo cium sih hehe”