Tak sengaja menjadi di sengaja


PLAK!!

“Dasar anak durhaka! Udah berapa kali babeh bilangin sama elu buat berenti jadi joki jalanan! Emang dasar anak ga tau di untung! Uangnya haram goblok! Haram!!! Anak siapa sih lu hah?”

“Udah ncang udah kasian Nasrul mukanya babak belur, ncang juga kasian asmanya ntar kambuh” Lerai Ikwan guna menyudahi penganiayaan pamannya kepada sepupunya.

Pemuda yang seumuran dengan Ikwan itu pun bangkit dari ketergeletakannya di lantai setelah mendapat beberapa pukulan dan luka di bagian wajahnya. Seperti mati rasa, ia mengusap pelipisnya yang luka dengan kuat kemudian berjalan cepat menuju pintu keluar rumahnya. Ikwan dan Ayahnya hanya bisa menghembuskan nafas kasar karena batunya anak tersebut dan membiarkan ia pergi dengan meninggalkan amarah di rumahnya.

Tak terasa satu jam ia berjalan mengikuti langkah kakinya bersama dengan beberapa luka dan juga kucuran darah, Kini pemuda yang kerap di panggil dengan sebutan 'Nasrul' di kalangan keluarganya berhenti tepat di tengah jalan saat lampu hijau pada jalan raya menyala.

Jalanan itupun di penuhi dengan suara klakson dan sorot mata bersamaan dengan riuhnya sahutan yang tertuju kepadanya, membuat pemuda itu hanya bisa berdiri tanpa melangkah dari tempat ia berpijak saat ini. Menundukan kepalanya seolah ia sedang di hukum di tengah keramaian.

Pemuda itu masih berdiam diri hingga lampu merah menyala tak berniat untuk bergerak sedikit pun, hingga seseorang yang sama kesalnya dengan pengguna jalan lainnya menarik ia untuk menepi ke seberang di pinggir trotoar.

“Hei? Kamu baik-baik aja kan?” Ucap seseorang tersebut kepadanya. Ia hanya bisa menatap lamat kedua sepatu sneakersnya dan enggan untuk menatap seseorang yang sudah menolongnya dari amarah pengguna jalan.

Seseorang tersebut tak lama mendudukan pemuda tersebut di atas trotoar dan mengeluarkan kotak p3knya dari jok motor. Kemudian menghapus beberapa sisa darah yang mengering di bagian wajahnya dengan alkohol sehingga si pemilik wajah mengaduh sakit tanpa melihat siapa yang sudah menolongnya.

Setelah langkah akhir dari pertolongan pertama seseorang yang menolong pemuda tersebut, ia hanya bisa memberi beberapa plaster dan juga obat pengar kepadanya. Kemudian mengucapkan beberapa kalimat sebelum ia melanjutkan perjalanannya.

“Lukanya agak dalam kamu bisa ikut aku ke klinik atau ga kamu obatin di rumah aja. Ini aku kasih plaster yang sama bahannya juga halus ga bakalan mudah kemasukan debu anti infeksi gitu. Ini juga obat pengar kayanya kamu abis minum alkohol, jangan lupa di minum ya! Sekarang! Aku pergi dulu ga bisa lama-lama, semoga cepat sembuh” Lirihnya panjang.

Saat seseorang itu hendak bangkit dari duduknya, pemuda itu menahan pergelangan tangannya yang mungil hingga dapat dengan cepat pemuda itu menahannya. Kalimat “terima kasih” Yang keluar begitu lemah dari bibir pemuda itu membuat seseorang yang sudah menolongnya hanya bisa membalas dengan mengacak lembut surai tipis pemuda tersebut sebelum ia benar-benar pergi meninggalkannya.

“Sial, gue belum tanya namanya siapa. Suaranya sopan banget masuk telinga, mana baik banget lagi. Fiks sih idaman” ucap pemuda itu di dalam hati.