Penjelasan


Soonyoung dengan santai menenteng bag paper berisikan barang milik Jihoon yang tertinggal di apartemennya kemudian masuk kedalam ruangan divisi melalui lorong yang sama dengan divisi yang lainnya.

Yang tadinya bibirnya bersiul sambil berjalan santai pun kini merasa melamban setelah rumor tentang kejadian kemaren yang melibatkan satu nama didalam rumor, yaitu Lee Jihoon.

“tau ga sih ketua direksi marketing tuh orangnya durhaka, masa orang tuanya ga dinafkahi”

“oh my goddess, demi apa?”

Semakin ia mendekati pintu masuk divisinya semakin ramai pembicaraan tentang rumor tersebut terdengar masuk ke telinganya. Semakin cepat pula tapakan kaki Soonyoung karena kekhawatirannya tentang perasaan Jihoon jikalau ia mendengarkan rumor ini.

“sampai dia dorong orang tuanya loh— EH SOONYOUNG!!! KENAPA TARIM TARIK AKHH!!!”

kalimat barusan membuat Soonyoung naik pitam saat masuk ke lorong telinganya. Menarik kerah dari sumber suara kemudian menatapnya tajam sambil menentang kalimat rekan kerjanya di divisi lain yang menyebar fitnah.

“Bisa ga sih jangan nebar fitnah?! KAPAN JIHOON DORONG ORANG TUANYA?! GUE BERANI JADI SAKSI MATA KALAU LO TUH FITNAH!”

Karena teriakan kuat Soonyoung barusan membuat seseorang yang baru saja berdiri di ujung lorong terdiam beberapa detik, kemudian menarik tangan Soonyoung agar keluar dari sana.

“Mampus Jihoon denger”

“lu sih ah!”


“Ji, aku benar kan? Aku bisa kok kasih bukti kamu ga dorong orang tua kamu” Tegas Soonyoung berbicara kepada Jihoon yang masih menariknya hingga ke taman di depan gedung perusahaan tanpa menggubris ocehan Soonyoung sedari tadi.

“Jihoon aku mohon kamu jangan dengarin apa yang mereka bilang aku bisa jadi saksi matanya kok. Jih—”

Soonyoung terkejut karena tangan mungil Jihoon sedang menutup mulutnya agar diam. Mematung beberapa detik kemudian Jihoon berjalan kembali menuju cafe di seberang dengan Soonyoung yang mengekornya dari belakang.

Saat mereka berdua mulai menguyah pesanan mereka, tiba-tiba segudang pertanyaan mendorong Soonyoung agar bertanya kepada rekan kerja yang lebih muda darinya di depannya ini.

Penuh keraguan Soonyoung pun memilih untuk mengembalikan barang Jihoon di sini sebagai awal topik pembicaraan mereka.

“Nih, cuman boxer kamu doang yang tinggal di apart aku”

Kalimat tersebut tanpa sengaja membuat Jihoon tersedak hingga mereka menjadi pusat picingan mata dari para pelanggan di cafe tersebut.

“Ya? Kamu tuh ngomong ga ingat tempat apa gimana? Jangan kuat-kuat dong kan malu” Ucap Jihoon sambil berbisik kepada Soonyoung namun di balas dengan anggukan beserta gelak tawa renyahnya.

“Hihihi maaf maaf, ya soalnya canggung banget tau!”

“Canggung gimana? Kan aku minta kamu jelasin kejadian malam tadi aku cuman ingat sampai aku benar-benar udah minum alkohol 3 gelas doang. So setelahnya aku ngapain sampai ada di apartemen kamu?” Tanya Jihoon panjang.

“Jadi kamu tuh keluar waktu semuanya udah pulang, aku bilang kamu udah pulang duluan jadi aku pergi aja jalan toh rumahku dekat. Jadi pas mulai ngelangkah kamu malah narik tangan aku bilangin tungguin kamu, eh malah pingsan. Karena ga tau rumah kamu, yaudah ku angkut kerumah ku aja” Jelas panjang Soonyoung.

“Makasih”

“Hah?”

“Makasih udah tolongin aku dua kali”

Sontak kalimat tersebut membuat Soonyoung mengedipkan matanya beberapa kali kemudian memegang dahi Jihoon dan juga mencubit Jihoon agar membuktikan barusan adalah suatu kenyataan.

“I-ini benaran? Kamu ngomong terimakasih sama aku? Ga salah?” Tanya Soonyoung

“Ih! Sakit tau! Ngga salah kok. Kenapa sih kaya ga pernah liat aku baik aja” Jawab Jihoon dengan percaya diri.

“Hehehe ya kirain mimpi gitu. Iya udah deh sama-sama. Lain kali kalau kamu butuh bantuan panggil aku aja. Kalau aku bisa bantu bakalan aku bantu kok” Santai Soonyoung berbicara sambil menarik kedua ujung bibirnya tersenyum lebar.

Jihoon yang melihat hal tersebut membuatnya tertawa kemudian mencoba menjauhilu Soonyoung kembali.

“Ya kan kamu emang suruhan aku hahahaha”

“Ya tuhan bahasanya suruhan banget? Ga ada yang lain apa?”

“ga hahahaha”

Keduanya tertawa ringan karena guyonan mereka sendiri kemudian berhenti karena Jihoon meneguk segelas air dan Soonyoung mulai menyendok makanannya masuk ke mulut bersamaan dengan rasa canggung menyelimuti keduanya kembali.

“Soonyoung” “Jihoon keduanya meneriaki nama lawan bicara dengan serempak.

“Aku dulu deh” Ucap Jihoon.

“Sok atuh silahkan”

“Kamu ga boleh kaya tadi ya! Jangan kesulut api amarah. Pura-pura ga denger aja toh yang mereka bilang tuh aku bukan kamu” Larang Jihoon.

“Ya merekanya fitnah kamu sih, siapa yang ga kesel coba”

“aku hahahaha”

“Jihoon...” Dengan nada cemberut Soonyoung memanggil Jihoon hingga si empu nama kembali tertawa lucu.

“Hahahaha iya Soonyoung, kenapa?”

“Kamu yang kuat ya! Jangan dengarin omongan mereka tadi. Yang seharusnya pura-pura ga denger tuh kamu. Kalau emosi getok aja kepalanya gapapa. Tapi tetap kamua kamu butuh bantuan panggil aku aja. Dan cukup aku aja jadi rival kamu jangan nambah-nambah. Ga seru tau!”

Kalimat Soonyoung membuat Jihoon mengerutkan alisnya dengan kebingungan. Setelah itu ia pun berdiri sambil mengusap acak rambut Soonyoung kemudian berlalu pergi menuju kasir.

“Dih, gue lebih tua dari lo ye! Main pegang aja kepala gue”

“Maaf kak Soonyoung! Hahaha ayo aku yang bayar, terus masuk ke kantor buat kerja.”

Mereka pun berjalan kembali menunu ruangan mereka. Di dalam lift begitu sunyi hingga Jihoon ingin memulai pembicaraan asalnya.

“Soon”

“hmmm?”

“Kamu ga bisa excel kan?”

“Jan ngejek bisa ga sih? Baru tadi juga akur”

Jihoon tertawa kembali sambil memukul lengan Soonyoung hingga mengaduh dan kembali ke pembicaraan mereka.

“Ini beneran loh, kamu ga bisa kan? mau aku bantuin?” Tawar Jihoon tulus

“Eh? Beneran boleh? Bisa beneran nih bantuin?” Tanya Soonyoung tak percaya.

“Iya beneran”

“okey kalau gitu di cafe tadi nanti abis pulang aku bawa laptop kesana gimana? Deal?”

“Deal”

Mereka pun berjabat tangan dan segera menuju ke ruangan divisi mereka bersama tanpa memudarkan senyum di wajah mereka sambil tak acuh pada bisikan rumor orang orang di sepanjang perjalanan mereka menuju ruangan.

“biasanya mereka ga akur kok sekarang aku?

“tadi juga Soonyoung mendadak bela Jihoon, ada apa tuh di antara keduanya?”

Percakapan barusan di tangkap oleh seseorang, kemudian berlalu pergi dengan seringai di wajahnya.