Orang Baru
Melangkahkan kaki dengan langkah sempoyongannya, Jihoon menuju ke rooftop rumah sakit setelah mengamuk karena suster menyuntikannya bius penenang karena trigger yang di buat oleh ayahnya sendiri kepadanya.
Dengan langkah yang tertatih-tatih, Jihoon akhirnya sampai juga di rooftop. Tampa ragu ia naik ke atas tembok pembatas dan berniat untuk melompat dari ketinggian gedung berlantai 16 tersebut.
Berseringai renyah bersamaan keluar dengan air mata yang sudah di ujung pelupuknya. Surai hitamnya yang terbelai angin dan juga baju pasien yang berukuran oversize pada tubuhnya menjadi saksi bahwa ia siap lahir batin untuk memulai aksi bunuh dirinya.
Tanpa sepatah kata pun, Jihoon menghembuskan nafasnya perlahan kemudian memulai menjatuhkan badannya kedepan, namun aksi gila tersebut cepat di hentikan oleh seorang pemuda yang tampaknya seumuran dengan Jihoon.
“Woi! Lo gila apa ya? Hei bangun-.... “
Suara samar barusan hanya tertangkap sebentar tanpa lanjutan di telinga Jihoon sebelum ia jatuh dalam kukuhan pemuda tersebut dan tak sadarkan diri.
“Jihoon, nak?! Ini Om Seokmin. Om mohon buka mata kamu nak” Panggil Seokmin sang paman membantu Jihoon menyadarkan diri.
Lama edaran penglihatan Jihoon sebelum akhirnya ia sadar sepenuhnya, tak berselang beberapa menit ia salah fokus di sudut pintu. Dengan lemahnya ia menaikan jari telunjuknya yang mengarah pada pintu masuk sebagai isyarat menanyakan kepada pamannya. Sontak Seokmin mengerti kemudian menjelaskannya kepada Jihoon.
“Ah? Dia? Dia Mingyu, anak dari pemilik rumah sakit ini. Dia yang udah nolongin kamu, tapi dia ga bisa nolongin kamu sampai di IGD soalnya dia juga lagi di rawat jalan karena patah tulang. Bilang makasih gih sama Mingyu dia udah belain gendong kamu padahal dia lagi cedera”
Seharusnya Seokmin tak berhak berucap seperti itu, karena membuat Jihoon tak enak hati dan tanpa sengaja membuat Mingyu merasa malu dan terbebani. Maka hal itu Jihoon memanggil Seokmin dengan gestur tangannya yang lemah seperti memanggilnya untuk mendekat. Setelah Seokmin mendekati Jihoon tiba-tiba Jihoon memukuk kepala Seokmin sebagai pelajaran untuknya yang tak berlaku sopan kepada seseorang yang sudah menolongnya.
“Lah? Jihoon kok om di geplak sih?”
Karena Jihoon masih dalam pengaruh bius berdosis tinggi dan kondisinya kali ini sangat lemah, Jihoon mengusir Seokmin untuk keluar dan meninggalkan ia sendiri dengan Mingyu, si pemuda sepantaran Jihoon yang sudah menolongnya.
Jihoon memberi isyarat agar Mingyu yang mendekat kali ini. Pemuda itu pun menurut dan duduk di samping tempat tidur Jihoon. Menantikan perintah selanjutnya dari seseorang yang sedang memakai selang oksigen di depannya. Tak lama Mingyu mendapatkan ucapan terima kasih dari Jihoon dalam gerakan bahasa isyarat dan untungnya Mingyu mengerti arti dari gerakan Jihoon.
“Sama-sama, Jihoon. Jihoon kan yak namanya??” Tanyanya kemudian yang di tanya mengangguk pelan dengan gerakan yang ambigu.
Tulang pipi si pemuda tersebut terangkat naik ketika melihat respon Jihoon. Ia pun reflek memberi Jihoon jabatan tangan sebagai tanda mereka akan mengawali pertemanan mereka.
“Salam kenal Jihoon, semoga kita bisa berteman baik”
“Me too” Balas Jihoon dengan suaranya yang kecil.
“Udah ga usah di jawab, jabat aja tangan gue. Kasian lo ngepaksain diri lo terus dari tadi. Istirahat gih! “
Entah mengapa seperti terkena sebuah mantra sihir, Jihoon pun menutuo matanya, ia langsung beristirahat setelah Mingyu menyuruhnya untuk beristirahat.
“Lucu banget” Gumam si pemuda yang baru saja Jihoon terima dalam hidupnya hari ini.