Little make a wish


Soonyoung yang baru saja masuk kedalam apartemen Jihoon langsung berjalan menuju ruang tengah dimana sang kekasih sedang meminum coke zero sambil menonton film rekomendasinya beberapa menit yang lalu.

“Sayaaanggg~~~”

Sesampainya ia di pinggir sofa, Soonyoung langsung melompat dan jungkir balik di atasnya hingga sampai mengenai Jihoon. Si empu apartemen itu langsung mengamuk dengan memukul bokong sintal Soonyoung agar tidak melakukan aksi sapaan berlebihannya itu.

//plaak!

“Addoihhh! Sakit tauk!” teriak Soonyoung sambil mengelus bokongnya yang perih.

Hanya dengan gestur jarinya Soonyoung langsung duduk manis disamping Jihoon. Dengan gestur lambaian tangan Jihoon seperti menyuruhnya unuk mendekat, Soonyoung langsung merebahkan dirinya dan menopang kepala pada paha Jihoon. jari jemari yang sibuk menyuapi mulut dengan beberapa snack sambil menonton film pun membuat mereka lupa tujuan awal pertemuan ini.

Diselang waktu film masih berjalan tanpa adanya pembicaraan diantara mereka, Soonyoung tertidur pulas di paha Jihoon karena sapuan tangan Jihoon yang terus menerus memainkan surai hitamnya selama mereka berdua fokus menonton. Jihoon mencoba tertawa dalam diam agar suaranya tak membangunkan kekasihnya.

Mengambil selimut diujung senderan sofa untuk menyelimuti tubuh Soonyoung, lalu diikuti dengan menurunkan dinginnya suhu ruangan agar kekasihnya bisa tertidur dengan pulas. Baru sebentar hendak menutup mata agar menyusul Soonyoung didalam bunga mimpinya, Suara berat sang kekasih dari bawah sana membuat ia kembali bertemu tatap dengan yang menopang kepala dipahanya itu.

“Jangan tidur dulu.” Ucapnya, kemudian disambung dengan kalimatnya; “gue beneran ada yang mau diomongin sama lo Lee Jihoon.”

Jihoon menghela nafasnya kemudian membiarkan Soonyoung mengatakan apa yang ingin ia katakan saat ini.

“Ya udah, coba ngomong yang jelas biar gue ngerti lo mau nya apa di ultah lo ke 26 tahun ini.”

Soonyoung mendudukan posisinya kemudian duduk berhadapan dengan Jihoon, mencubit pipi si manis sambil menampakan senyum merkah teramat gembiranya itu. Cubitan dipipi gembil Jihoon ditepis oleh si empu setelah mengaduh kesakitan, Jihoon pun memukuli lengan Soonyoung agar ia cepat langsung ke intinya.

“Sakit anying! Cepetan elah keburu malam! Gue masih ada meeting pagi besok.”

//plaak!!

“Aihh!! adihdihh! sakitt!! Iyaya bawel bentar gue lagi gemesin lo, malah dihalangin.”

“cepetan gue bilang! Abis itu kita tidur didalem.”

Setelah mendengar kalimat ajakan secara tak langsung nan spontan tersebut, Soonyoung menjadi bersemangat untuk mengatakan prihalnya saat ini. Dengan wajah yang serius mematap lawan bicaranya dengan intens, Soonyoung menarik nafasnya agar rileks sebelum bener-benar merasa plong untuk berbicara. Karena masalah ini benar-benar serius untuk dibicarakan malam ini.

“Huuffttt~~ okey. Jihoon, makasih udah jadi yang terbaik bu—”

“PFFTTTTT BWAHAHAHAHAHA NGAKAK ANYING!!! HHAHAHAHA”

Tawa Jihoon pecah karena tak bisa menahannya lagi didetik kelima setelah Soonyoung benar-benar mantap untuk mengatakan inti percakapan malam ini. Namun kekasihnya itu membuat moodnya untuk berbicara turun kembali. Soonyoung merajuk dan berputar duduk membelakangi Jihoon yang masih tertawa keras dibelakang sana. Sekiranya telah menyelesaikan gelak tawanya hingga mengeluarkan air mata, Jihoon kembali membujuk Soonyoung yang sedang duduk bersila, menyilangkan tangannya sambil mengerucutkan bibirnya hingga maju kedepan.

Bagi Jihoon baru kali ini ia melihat si dominan dalam hubungan mereka bertingkah segemas ini hingga membuatnya tersenyum lebar. Terus menarik hingga ia menyerah, Jihoon pun memindahkan posisi duduknya kini menjadi duduk dipangkuan Soonyoung sedekat mungkin, hingga bisa dilihat jarak dekat mereka sangat intim saat ini.

“Sayang hahahaha, maap maap. Jangan ngambek dong! Lucu banget kaya bebek tau!” Ucap Jihoon yang kini sudah mencuri kecupan di bibir Soonyoung sambil mengalungkan tangannya diperbatangan leher Soonyoung.

Sang kekasih masih kekal dengan murungnya, Jihoon pun mengeluarkan berbagai jurus seperti mencium pipi soonyoung namun sambil tertawa, menggelitiki pinggang Sang kekasih hingga tangannya ditepis dan akhirnya antusiasi yang harus ia keluarkan agar pacarnya itu luluh adalah dengan sikap lemah lembutnya sebagai submisif dalam hubungan mereka.

Menatap Soonyoung dengan tatapan sayang, mengelus pipi gembilnya pelan hingga memberi kecupan kecil disana. Kemudian berbisik kecil: “soonyoung-ah, selamat ulang tahun sayang. I love you” sebelum memeluk sang dominan dengan erat.

Soonyoung mengibarkan bendera putih sebagai tanda kekalahannya melawan rasa cintanya kepada sang kekasih, dengan cekatan ia pun membalas kekasih bertubuh mungil dipangkuannya tersebut dengan erat sambil membalas ucapannya tadi.

“I love you so much more every universe, Lee Jihoon.”

Jihoon pun mengangguk setelah melepaskan pelukan mereka sebentar sebelum melanjuti ke tahap tautan ciuman yang hangat berlangsung lama itu terjadi. Menyesap, mengabsen setiap rongga hingga menukar saliva satu sama lain dalam hasrat cinta yang begitu besar, mereka berdua berhenti sejenak hanya untuk menghirup nafas segar dengan nafsu sebelum tawa mereka kembali mengisi seisi ruangan apartemen Jihoon.

“Hahahaha kita tuh lucu banget yah, Ji. Bisa-bisanya begini kek ada aja tingkahnya.”

“Karena justru begini kita tuh jadi langgeng nyong. Makanya lo harus bersyukur jadi pacar gue.”

“Lo juga anjir! Harus pokoknya harus! Lo harus bangga punya pacar kaya gue ji.”

“Ya ampun sayang, kapan gue ngga bangga sama lo. Demi tuhan, lo selalu gue banggakan disetiap kalangan gue nyong.”

“Beneran sumpah? Demi apa Ji segitunya?”

“Dihh ngga percayaan banget sama orang. Beneran soonyoung. Gue bangga jadi punya lo.”

“Gue sayang sama lo Jihoon, sayang banget.”

Mereka kembali berpelukan dan saling mempertemukan bibir satu sama lain kembali dengan durasi yang sangat sebentar. Kemudian Jihoon pun mengambil sesuatu di balik ujung sofa yang belum Soonyoung jelajahi sebelumnya. Dan menyerahkan totebag kepada Soonyoung untuk ia buka.

“Sok atuh, dibuka hadiahnya.”

Dan benar saja, isinya adalah sepatu yang diinginkannya kepada Jihoon beberapa jam yang lalu. Pelukan hangat nan penuh semangat gembira yang membara membuat Soonyoung girang tak berkepalang. Ia terus mengguncang tubuh kecil Jihoon dalam pelukannya hingga sang kekasih memintanya untuk berhenti. Soonyoung yang mengeluarkan air matanya yang sudah tak berbendung diujung pelupuk matanya berterimakasihlah kenapa sang kekasih dengan tulus.

“Ma-mam-mmm-makasih Jihoonieeeuhu ueueueueeeee~”

“Iyaa sayang, sama-sama.”

Ucap Jihoon membawanya Kepelukannya setelah menghapus air mata bahagia pacarnya itu sambil tersenyum. Mengecup puncak kepala Soonyoung sebelum mereka kembali pada pembicaraan awal.

“Yaudah, sekarang lo lagi! Tadi katanya mau ngomong.”

Soonyoung mengangguk dan menaruh totebag bungkusan hadiah pemberian Jihoon diatas meja. Kemudian merogoh kantong celana trainingnya untuk mengeluarkan kotak kecil berwarna biru berdasar beludru ditangannya. Jihoon dengan sigap menutup mulutnya tak percaya, belum sudah Soonyoung menyampaikan pesannya —mata Jihoon berbinar karena air matanya membendung dipelupuk matanya.

Soonyoung sambil terkekeh ringan mengecup kedua mata Jihoon agar menjatuhkan air matanya itu. Kemudian mengelus puncak kepala Jihoon hingga telapak tangannya berhenti tepat pada bagian ubun-ubun kepala Jihoon. Bak sedang melangsungkan sebuah Sumpah, Soonyoung perlahan membuka kotak kecil yang bawa ia tadi.

Nampak jelas binar kilauan emas putih dipermata sepasang cincin didalam sana, Soonyoung langsung mencetuskan beberapa kalimatnya untuk menjelaskan tentang kedua cincin tersebut hadir diantara merekan dan perayaan hari jadinya itu.

“Gue Kwon Soonyoung, meminta lo unuk menjadi calon suami gue sebagai kado ulang tahun terbaik dalam seumur hidup gue. Lee Jihoon, siap ngga lo menua bersama gue? Gue bersumpah demi tuhan meminang lo sebagai suami masa depan gue agar turut hadi didalam suka dukanya hidup gue. Lo bagaikan bagian terindah dalam sebuah film Ji, lebih dari epic scene di film kung fu hustle tadi, suerr! So, gimana? Lo terima gue apa ngga?”

Jihoon masih terkekeh karena guyonan yang terselip didalam kalimatnya barusan sambil menyembunyikan wajahnya di dada Soonyoung. Menarii nafas sebentar sebelum ia bersiap menjawab dan menerima permintaan Soonyoung barusan, Jihoon pun mengambil salah satu cincin didalam kotak yang seukuran jari manis Soonyoung, kemudian ia sematkan cincin tersebut sambil menjawab:

“yes, i do soon, and happy anniversary buat kita dan happy birthday to you soon. Makasih udah memilih gue sebagai bagian dari tulang rusuk lo kelak. Serta mulia, untuk lo dan gue seterusnya. Aamiin...”

“Aamiinn..., love you so much Jihoon.”

“Love you too so mucchhhh~”

Mereka kembali bercumbu setelah Soonyoung menyematkan cincin berlapis mas putih dengan permata lima carat didalamnya. Cumbuan berlangsung lama hingga atmosfir ruangan menjadi panas membawa mereka untuk segera memasuki kamar.


sesampainya dikamar, bukannya ngeweng malah ngobrol sambil cuddle.

— — —

“Kok bisa ya kita ketemu? Kek kocak gaming ngga sih?”

“lo ngga bersyukur apa? Gue bisa aja batalin permintaan lo nih nyong! Jan aneh-aneh lo!”

“Hahahahaha santay elah nyet, gue cuman mau tau aja, kenapa rencana tuhan seindah ini buat gue. Sampai ngasih gue kado sempurna di umur yang udah matang untuk berumah tangga sama lo gituuu~”

“Entah lah ya, rencana tuhan emang lebih indah daripada rencana kita sendiri. Gue juga sulit percaya kalau gue bentar lagi jadi laki lo soon. Baek-baek lo ya sama gue.”

“Iya dong harus! Kalaau ngga gue ntar makan apa?”

“Ohhh~ jadi lo nikah sama gue cuman mau harta gue doang njing?”

“Hahahaha ampun beb ampun, ya bukan lah! Gila aja gue gila harta, ingat yah gue masih bisa nyari duit sendiri.”

“Iya dah, sukses selalu buat sanggar dancenya”

“makasih sayang!”

“Dahlah tidur sekrang, besok gue ada meeting pagi.”

“Peluk dong yang!”

“Gerah anying! Jauh-jauh lo!”

“Turunin suhu ac nya apa susah!”

“Tidur ngga lo!”

“Iyaya ini tidur, met malam.”

“Selamat ulang tahun.”

“Dah lewat!”

“Iya maap, love you sayang.”

“Hmmm...”

“Apaan dah tuh suara dah kek kerbau aja hahahaha —akh! Aduhh!”

“Tidur!”