in the morning


Di kala mentari naik di pagi hari itu, Jinan menaiki kasur ukuran king size miliknya untuk berbaring bersama suaminya yang saat ini sedang terlelap. hanya menyisakan mereka berdua di sana, karena setelah bertukar kabar dengan adiknya melalui aplikasi ber-icon burung biru —Dimana Figo pagi ini meminta izin kepada sang kakak untuk membawa Jauzan ke kediaman ayah dan ibunya.

Merasa leluarsa namun sekaligus sunyi melanda saat kehadiran buah hati tak ada disisinya, sayang sekali pagi ini hatinya berkata bahwa kini lah saatnya ia harus memanjakan suaminya yang sudah bekerja keras selama beberapa bulan terakhir untuk kelangsungan hidup mereka.

Menelusup diantara kedua sisi lengan yang lebih tua agar langsung di dekap nantinya, memainkan suri hitam di dahi sang suami yang mencuat lucu, mengusap pelan pipi gembil Aksar dengan gemas saat pria itu masih terhanyut dalam bunga tidurnya. Jinan pun mencuri ciuman di bibir plum Aksar saat ini, yang mana Aksar lah yang selalu melakukan aktivitas rutin tersebut disetiap paginya saat bangun tidur, Perlakuan Jinan itu pun membuat si empunya terbangun dari tidurnya. Senyum teduh Aksar pun seketika terpahat saat melihat di depannya sudah ada Jinan yang lebih dulu memberinya senyuman sehangat mantari pagi itu.

“Morning abi”

“Moring sayang, eungg…” Jawab Aksar yang tiba-tiba memeluk Jinan kuat dengan erangan lucu di belakang kalimatnya. Kemudian menarik pinggangnya yang ramping agar tak ada jarak diantara keduanya, menelusupkan wajah Jinan pada tubuhnya yang bertelanjang dada saat ini dan tak lupa bibirnya yang enggan melepaskan kecupan di dahi suaminya sampai Jinan protes meminta ia untuk longgarkan sedikit dekapan ini.

“Abi! Jangan kenceng-kenceng peluknya!”

“Dingin mi~” Jawabnya lirih dengan suara seraknya.

“Pake baju makanya!”

“Aduh!”

Aksar mengaduh setelah mendapatkan tepukan keras di bahunya, merekapun akhirnya bangkit bersama dari tempat tidur tersebut. Jinan langsung berjalan menuju lemari pakaian untuk mengambil baju Aksar, sedangkan kepala rumah tangga keluarga ini masih duduk di pinggir kasur sambil menetralkan penglihatannya. Merasa ada sesuatu yang hilang, Aksar pun bertanya kepada Jinan kemana pergi anak semata wayangnya itu dengan suara yang serak.

“Ami, ajan mana?” Tanyanya sambil menggaruk punggungnya yang gatal.

“Di bawa Figo, katanya ibu sama ayah ngadain tahlilan biar rame ajan di bawa kesana. Sekalian dia ketemu sama sanak saudaranya juga” Tanggap Jinan sekaligus mengerahkan lipatan baju kepada Aksar untuk ia kenakan.

Aksar hanya mengangguk paham setalah ia selesai memakai bajunya, berlalu ke kamar mandi untuk mencuci mukanya. Sedangkan Jinan menyiapkan sarapan yang sedari tadi sebelum Figo menjemput Jauzan ia sudah bergelut disana. Sarapan sudah siap, saatnya untuk menyantapnya selagi hangat.

Aksar yang kali ini tampak segar langsung berjalan melalui kamar yang seharusnya ia singgahi setelah agenda mencuci muka, namun masakan Jinan jauh lebih menggoda dari pada merawat wajahnya. Tersedia di meja beberapa makanan yang cocok untuk sarapan pada umumnya orang Indonesia — nasi goreng, susu, kopi dan roti bakar dengan selai blueberry.

Mereka berdua menyantap sarapan pagi mereka dengan nikmat satu sama lain, di selingi dengan obrolan santai seputar kegiatan yang mereka lakukan saat mereka berpisah karena Aksar yang harus bekerja. Dan Jinan yang kali ini berhasil mendorong Aksar ke lubang hitam yang ia buat semalam.

“Bi, udah di benerin belum wifinya?”

“Udah tapi ga tau bisa apa ngga, coba ami connecting” ucap Aksar pada Jinan dengan santai sambil mengelap sisa makanan di mulutnya.

Jinan tak ambil pusing ia pun mencoba menyambungkan Jaringan handphonenta dan wifi yang baru Aksar pasangkan. Dan terlintas di benak Jinan akan suatu hal yang terjadi subuh tadi pada Aksar.

“Jadi pagi tadi itu kamu belum tidur sama sekali? Kamu abis pulang langsung benerin wifi sendiri? Seriusan kak?” Tanya Jinan penuh kecemasan dan harapan entah apa itu.

“I-iyaa” Gagapnya membuat Jinan terpinkal-pingkal tertawa sesekali mencubit pipi gembil Aksar yang masih mengunyah sepotong roti.

“Makasih ya abinya jauzan yang serba bisa”

“Sama-sama aminya jauzan yang cakep”

Keduanya kembali terkekeh menertawai satu sama lain karena perlakuan tadi membuat mereka berdua bergidik merinding. Jinan tanpa basa-basi membuka galeri foto di handphonenya kemudian di arahkan kepada Aksar agar meminta kejelasan terhadap foto yang ia tunjukan tadi malam. Aksar hanya bisa mendengus menahan tawanya sambil mengusap kedua pipi Jinan yang memerah. Mau tak mau ia harus memberitahu Jinan agar rasa penasaran suaminya itu hilang.

“Oke, aku mau jujur sama ami”

“Hmmm, harus!” Tanggap Jinan sambil mengangguk.

“Hahaha, itu foto abi waktu di taroh jadi avsec mi. Jadi pagi itu pesawat ada yang bautnya hilang di bagian ban bantunya. Jadi mau ga mau harus banyak yang nolongin cari plus bantuin pasang rodanya juga, soalnya rodanya udah copot duluan jadi bautnya yang ilang ga cuman satu. Waktu itu posisi abi lagi libur karena bukan shift abi buat masuk, karena di suruh cepet kesananya abi jadi pake baju biasa doang, mana belum mandi lagi hahahaha”

“Serius? Ih abi jorok banget”

“Serius, kan di suruh cepet kesananya sayang”

“Terus-terus?” Pinta Jinan agar suaminya itu melanjutkan cerita seru tentang dirinya kembali sambil bertukar posisi duduk yang awalnya di seberang kini sudah di samping Aksar.

“Terus ya gitu deh”

Jatuh sudah ekspetasi Jinan, bukan cerita ini yang ia harapkan. Ia pun kesal sambil membersihkan peralatan makan mereka tadi dan membawanya ke wastafel dengan hentakan kaki yang kuat. Aksar bisa lihat sendiri tingkah gemas suaminya itu membuat ia ingin membawanya kembali masuk ke kamar mereka. Sayangnya ia masih ingin menjahili Jinan yang sedang pura-pura acuh padanya itu.

“Sayang” Panggil Aksara namun tak ada sahutan dari seberang.

“Panggil dek jawab ga?”

“Ngga”

“Tuh jawab hahaha”

“Abi tuh ih! serius”

Yang benar saja tak butuh waktu lama Jinan sudah kembali duduk di samping Aksar memintanya kembali untuk bercerira tentang masa lawasnya.

“Lanjutin dong bi, katanya mau jujur. Kan ami udah terlanjur sok uzone sama abi”

“hahaha kok bisa? Sok uzone kenapa coba?”

“Ami kira abi gayanya casual gitu ke bandara mau caper ke pramugari cantik disana. Taunya belum mandi disuruh ke bandara buat betulin ban pesawat. Kan lucu banget TMInya” Rengek Jinan karena cerita Aksar benar-benar melewati ekspetasinya. Tentu saja Aksar hanya bisa terkekeh gemas karena tingkah suaminya itu.

“Kan udah abi bilang semalam cinta pertama abi tuh cuman ami doang, ga percaya sih”

“Lagian siapa yang percaya kalau Kapten Pilot Al-Aksara Afsan yang ganteng nan rupawan tidak pernah merasakan kasmaran waktu muda? Kan aneh bi ih!”

Aksar kembali dengan suara tawa renyahnya, mencubit lucu hidung Jinan hingga si empu merengek tak sengaja menepis tangan Aksar yang ingin menyentuhnya. Aksar pun menarik suami mungilnya itu untuk di hujani kecupan sayang pagi ini. Jinan makin meronta minta di lepaskan dan ingin ia segera berbicara. Namun Aksar malah membawan Jinan duduk di pangkuannya, Aneh tapi benar nyatanya mereka sudah berubah tak seperti dulu lagi. Layaknya keluarga harmonis pada umumnya, Aksar dan Jinan hidup bahagia tanpa adanya masalah yang melanda seperti dahulu sebelum datangnya Jauzan, Jinan kecil mereka.

“Jadi beneran ami doang cinta pertama abi?”

“Beneran dong sayang, cinta pertama tuh cuman buat satu orang doang mi”

“Terus kenapa itu di fotonya ganteng banget kaya tebar pesona? Sengaja?”

“Astaghfirullah itu bang rangga yang suruh pose begitu”

“Kenapa mau?”

“Katanya sekalian buat jadi foto profil facebook siapa tau ada yang naksir hahahaha”

“ABIIII NAKAL IH!”

“Jinan heh mau kemana?”

“Ke tempat ajan aja! Ga jadi quality time sama kamu! Ngeselin”

“Sendalnya kebalik mi!”

“Biarin!”