New House
Tampaknya pemandangan di luar jendela mobil lebih menarik dari pada memulai pendekatan dengan housemate barunya, karena Jihoon sedari tadi hanya memainkan bibirnya yang kering sambil membenturkan kepala ke kaca jendela sambil menitkan air mata.
Ini adalah cara terbaik untuk menghentikan pikirannya yang sedari tadi membuatnya kacau dan berpikiran negatif tentang tindakan ayahnya kepadanya yang sudah terlalu jauh hingga ia enggan serumah dengannya. Apakah ia sudah berbuat kesalahan terlalu jauh hingga IPK prodinya menjadi sebuah alasan agar mereka berpisah sementara waktu, kemudian menitipkan dirinya pada mahasiswa kesayangannya alih-alih Wonwoo yang masih ada hubungan keluarga dengan dirinya.
Soonyoung yang berada disamping Jihoon hanya bisa pura-pura tak acuh akan tingkah Jihoon sedari tadi dan hanya bisa fokus mengendarai mobilnya dengan tenang agar sampai ke apartemen dengan selamat. Bukan maksud pula ia tak peduli akan kondisi pria di sampingnya itu, Wonwoo sudah memberitahu Soonyoung semuanya tentang kondisi Jihoon saat ini dan ia berinisiatif untuk memberi Jihoon waktu dengan keadaan yang harus ia terima kali ini.
Sesampainya mereka di basement untuk memarkirkan mobil, Soonyoung langsung keluar terlebih dahulu guna membukakan pintu untuk Jihoon, kemudian ia membuka bagasi untuk menurunkan koper dibelakang juga. Tingkah Soonyoung lagi-lagi membuatnya kebingungan, namun Jihoon akan menganggap perilaku Soonyoung kali ini adalah inisiatif awal untuk mereka berdua saling mengenal satu sama lain.
“Emmm~ Soon, makasih ya”
Tak lupa Jihoon mengucapkan kalimat terima kasih kepada Soonyoung telah membukakan pintu mobil dan menurunkan peralatannya, Senyum teduh lah yang Soonyoung berikan kepada Jihoon sebagai gubrisannya.
“Iya sama-sama Jihoon. Ayo ke dalam, kita ambil kartu akses buat lo” Ucap Soonyoung mengajak Jihoon menuju resepsionis sambil menenteng 2 koper Jihoon yang bisa dibilang cukup berat, karena hal itu Jihoon pun langsung menarik salah satu kopernya agar ia bawa sendiri.
“Sini gue bawa satu”
“Gapapa Jihoon biar gue bawa semuanya aja, kasian lo pasti capek kan seharian ini?”
Jihoon hanya terdiam menunduk sambil mengangguk pelan membenarkan kalimat Soonyoung barusan. Saat ini ia hanya mengekori Soonyoung sampai ke meja resepsionis dengan kepala tertunduk mengamati langkah kaki Soonyoung membawanya.
Sesampainya di meja resepsionis Soonyoung meminta kartu akses baru untuk Jihoon dan memberitahukan beberapa info tentang housemate barunya kepada resepsionis. Jihoon sedari tadi hanya mengedarkan pandangannya pada keramaian ini sambil melihat-lihat di sekitar gedung baru tempat ia akan tinggal mulai detik ini.
“Silahkan masuk” Ucap Soonyoung setelah ia membukakan pintu ruangan apartemen bernomor 1506 dengan digicode card, lalu mempersilahkan tamunya masuk terlebih dahulu.
Mereka berdua sekarang sudah masuk ke dalam dan memulai tour room terlebih dahulu agar mempersingkat waktu mengingat Jihoon yang sudah lelah sedari di dalam perjalanan menuju ke apartemen yang bisa di bilang cukup jauh dari rumahnya.
“Kamar gue ada di samping ruang tengah, jadi lo pake yang di depannya gapapa?” Tanya Soonyoung kepada Jihoon.
“Iya gapapa kok soon”
“Oke Jihoon, selamat malam”
Merasa ada kejanggalan dan seperti ada bagian yang tertinggal untuk pertemuan pertama malam ini. Jihoon yang menyadari hal tersebut memanggil Soonyoung untuk berbicara beberapa menit lagi.
“S-soon, udah gitu aja buat malam ini?”
“Hmmm? Ada yang bisa gue bantu?”
“Ga, itu loh... Ssstt itu maksudnya... A-apa sih yang Wonwoo bilang tadi gue l-lupa duh!”
Soonyoung mengerutkan dahinya karena ia paham maksud Jihoon, ia terkekeh sebentar kemudian mempersilahkan Jihoon untuk duduk di ruang tengah dan menawarkan minuman kepada Jihoon.
“Oh iya! lupa ji hahaha, yuk duduk dulu, btw lo mau minum apa?”
“Air putih aja” Katanya.
Soonyoung kembali dengan secangkir air putih untuk bergabung dengan Jihoon di ruang tengah.
“Nih Ji”
“Makasih Soonyoung”
Menyerahkan gelas air tersebut dan mengeluarkan macbooknya untuk di tampilkan kepada Jihoon.
“Nah! Jadi gini ji, sistem housemate di tempat gue tuh lo ga perlu bayar mahal. Cukup bayar uang dp aja kok, uangnya juga udah di kasih sama Mingyu tadi sama gue. Jadi lo udah bisa langsung tinggal disini sampai semester depan dan anggap ini rumah lo sendiri ya!”
“Lho? Kok gitu doang? Belanja bulanan, terus kebersihan,sama uang keamanan gimana? Masa gue ga ikutan iuran?”
“Wonwoo ga bilang emang?”
Jihoon berfikir sejenak mengingat kembali apa yang di katakan Wonwoo sebelumnya kepadanya. Yang benar saja, ia bahkan tak ingat isi obrolannya dengan Wonwoo tadi selain saling melemparkan kalimat kasar.
“Apaan? Perasaan Wonwoo ga bilang apa-apa sama gue.”
“Mungkin lo lupa kali Ji. Gue udah suruh Wonwoo buat kasih tau lo kalau yang punya gedung apartemen ini ayah gue, jadi beliau warisin ke gue sebelum ayah udah ga ada. Jadi ga usah bayar, lo cukup ngejalanin persyaratan yang udah lo sepakatin sama Wonwoo sebelumnya.”
“Sepakatan apa lagi? Ribet banget deh. Perasaan ga ada persyaratan apa-apa”
Soonyoung sempat di buat bingung oleh Jihoon, untungnya ia langsung tahu kondisi saat ini. Ia pun langsung mengalihkan pembicaraan mengingat hari sudah mulai larut.
“Kayaknya besok pagi aja gue kasih tau, lo udah capek kan. Istirahat gih udah malem”
Jihoon mengangguk dan menyapa Soonyoung untuk berkenalan dengan benar.
“Oke, mohon kerja samanya soonyoung. Btw salam kenal!” Mengulurkan tangannya.
“Salam kenal Juga Jihoon, Semoga betah disini” Soonyoung pun membalas jabatan tangan Jihoon dengan ambigu Jihoon bahkan tak bisa mengartikan kalimat akhir dan senyum sungging di wajahnya saat ini.
“Sok atuh, kalau mau istirahat dulu langsung aja. Gue ke balkon bentar buat beresin sisa anak-anak main tadi.”
“Anak-anak?” Tanya Jihoon penasaran.
“Iyaa, temen tongkrongan gue sama Mingyu. Lo pasti tau siapa-siapa aja, jadi maaf kalau mereka nanti sering datang kesini ya!”
“I-iyaa gapapa. Gue masuk dulu ya soon”
“Iya Ji, selamat malam. Semoga bisa betah disini”
Kalimat terakhir Soonyoung membuat Jihoon kembali bergelut dengan pikirannya, tentang kejadian yang akan terjadi kedepannya saat teman-teman Soonyoung berada di apartemen nanti. Apakah ia harus terbelenggu di dalam kamar dan tak fokus belajar untuk semester berikutnya karena suara gaduh di luar sana atau ia akan keluar dari apartemen dan mencari tempat belajar di kala masa liburan ada tempat yang sangat ramai dan di penuhi orang asing yang tak ia kenal.
Mari mengesampingkan pikiran itu terlebih dahulu pikir Jihoon, untuk saat ini yang hanya ia ingin kan adalah ketenangan agar ia bisa berpikiran positif untuk memperbaiki nilai IPKnya dan pulang kerumah dengan secepat mungkin.
“Ini lebih dari cukup” Ucapnya dalam diam sambil memasuki kamar.