Drunken

Tw// mention of alcohol, suicide plot, sharp weapon and drunkenness.


Lee Jihoon (20), bekerja sebagai waiters dan kasir paruh waktu di sebuah gerai makanan cepat saji yang menyediakan berbagai varian ayam goreng dan juga rasa beberapa botol soju yang akrab di lidah penduduk korea Selatan. ia sedang membersihkan beberapa meja setelah pelanggan kedua terakhir pulang dan kini hanya menyisakan seorang pria paruh baya yang tak jauh terpaut umur darinya sedang tak sadarkan diri di sofa paling ujung di samping pintu masuk.

Bagaikan bunga tanpa kumbang, beberapa obrolan pelepas penat tak akan lengkap jika tidak ada kudapan ayam goreng dan soju. Itu lah yang baru saja dilakukan oleh Kwon Soonyoung (30) dan beberapa temannya setelah pulang kerja beberapa jam yang lalu hingga ia tak sadarkan diri.

Menyisakan dua orang di gerai tersebut dan mengingat hari sudah larut, beberapa kontak lampu Jihoon redupkan menyisakan lampu di bagian tempat dimana tinggal seorang pria terbaring lemas disana. Menunggu dan terus menunggu hingga 5 kembang lagu ia mainkan kuat di samping pelanggan terakhirnya itu agar ia terjaga.

Usaha itu tentunya sungguh sia-sia. Petikan senar gitar Jihoon tak menyadarkan pria dewasa itu. Sudah lelah dengan usahanya Jihoon berjalan menuju keluar untuk menutup setengah troli etalase gerai tersebut. Bunyi nyaring dari gesekan antar besi troli tidak berhasil jua membangunkan pria itu.

Hingga akhirnya Jihoon merasa jengkel dan mengambil segelas cola untuk ia teguk. Duduk di depan pria itu sambil menatapnya dengan penuh amarah, mungkin hanya itu yang bisa Jihoon lakukan saat ini sambil menunggu pria itu sadar. Tak lama pria itu meregangkan tubuhnya dan membuka mata berbentuk bulan sabit itu perlahan. Mengedipkan beberapa kali guna menetralkan pandangannya hingga ia dapat melihat sosok pemuda mungil tengah melipat kedua lengannya di depan dada.

“Hei! Kau siapa?” Tanyanya.

Jihoon hanya dapat menghela nafas berat sambil memutar bola matanya malas. Menarik kerah baju pria yang terlihat lebih tua darinya itu kemudian berbisik di samping telinganya dengan beberapa kata yang bertujuan agar pria itu beranjak dari tempatnya.

“Ya! Ahjusi?! Apakah anda tidak ingin pulang kerumah? Anak dan istri mu mungkin sedang menunggu di rumah tapi kau malah duduk disini menghabiskan beberapa botol soju yang sama sekali tidak enak untuk diteguk? Wah tidak masuk akal~ ku anjurkan sebaiknya anda pulang Ahjusi!” Jelas Jihoon panjang lebar dan kemudian hendak beranjak dari sana.

Tangannya ditahan saat langkah pertama ia jalankan. Jihoon tertegun, mau tak mau ia melihat ke belakang dimana pria itu sedang menahan tangannya.

“Ahjusi?” Panggil Jihoon, namun isakan rintihan kecil yang terdengar dari kepala tertunduk di depannya.

Merasa khawatir Jihoon mencoba menegakan posisi duduk pria itu guna hendak melihat kondisinya. Yang benar saja pria di depan Jihoon sekarang ini sedang menitikan air matanya tanpa ia sadari, mungkin pengaruh alkohol jadi Jihoon memakluminya.

“Ahjusi mengapa anda menangis” Tanya Jihoon

“Tolong dengarkan curhatan ku hiks~”

“Argghhh baiklah~ dengan satu syarat” Tangkal Jihoon sambil mengusap kasar wajahnya sebelum ia menyandarkan pria itu dan duduk di samping beliau untuk mendengar ceritanya.

“Apa?”

“Antarkan aku pulang”

“Bagaimana caranya” Tanya pria itu kembali dengan penuh tanda tanya.

“Ya dengan mobilmu yang mewah diluar sana eunggg huffft~” Ucap Jihoon dengan penekanan yang kesal.

“Ahh baiklah, tapi tolong dengarkan ceritaku sampai habis”

“Hmmm baiklah” Jihoon pun tana sengaja telah membuat persetujuan bersama pria dalam pengaruh alkohol dan di yakini masa depannya akan tidak baik-baik saja.


“Jadi hari ini adalah hari dimana hari paling buruk yang pernah ada dalam hidup ku. Aku memulai hariku dengan sangaaaattttt buruk dan aku juga ingin mengakhiri hari ini dengan akhiran yang buruk juga. Apakah kau ingin membantuku membuat kenangan buruk? ” Ucap pria itu untuk awal ceritanya.

Jihoon hanya mendengarkan sambil bertengger satu tangannya di meja bersama aliran seruput cola pada ujung pipet di mulutnya saat ini tanpa menggubris pria didepannya itu.

“Sepertinya kau tak ada niatan ingin menolongku” Murung pria itu sambil menyembunyikan wajah mabuknya di dalam lipatan lengannya.

“Baiklah baiklah aku akan menolongmu, caranya bagaimana?” Tanya Jihoon serius ingin membantu kali ini.

“Caranya cuman merutukiku dengan kalimat sumpah serapah lalu tusuk aku dengan belati ini. Aku ingin hari ini menjadi benar-benar hari terburuk ku. Dan satu lagi!!! JANGAN TERSENYUM MANIS SEPERTI TADI AKU TIDAK SUKA! ” Teriak pria itu tanpa sadar sambil memberi sebuah pisau kecil dari dalam kantongnya.

Jihoon tidak suka dengan gaya pria dewasa yang buruk di sampingnya ini. Ia langsung menampar wajah pria itu agar sadarkan diri. Apakah permintaan konyol semacam itu sering di minta oleh orang dewasa yang memiliki segudang masalah? Jihoon sangat tidak suka dengan cara pria paruh baya ini mengakhiri harinya.

“Apa kau sudah gila? Masih ada cara lain yang bisa kau minta untuk mengakhiri hari ini. Kau ingin aku masuk penjara di usia belia atau bagaimana? Hei ahjusi sadarlah!”

PLAK!

“Aw! Hei nak, kau sangat berani menamparku! Ada masalah apa dengan mu”

“Sadarlah ahjusi, kau bilang kau ingin bercerita. Selesaikan cerita mu, kemudian buat dirimu sadar dan kembali ke kenyataan. Lalu kita pulang sesuai kesepakatanmu! Hari sudah larut aku ingin pulang besok adalah hari libur panjangku. Ku mohon” Ucap Jihoon memohon agar pria di depannya yang mulai terkulai lemas kembali mengambil satu sloki soju untuk di teguk kembali.

“Arrghh bapak tua ini sanggup berapa botol sih? Gue lupa ngitung. Untung temennya udah bayar” Gerutu Jihoon sambil menrebut gelas sloki di tangan pria disampingnya.

“Sudah lah ahjusi, selesaikan cerita mu!”

Pria itu mengangguk dan mengambil sebungkus pack es batu di sampingnya untuk di peluk. Pipi gembil pria itu membuat Jihoon terkekeh beberapa detik sebelum ia kembali menyuruh pria itu untuk melanjutkan ceritanya.

“Pffttt~ hahaha hei ahjusi, ayo cerita”

“Heunggg? Sebentar aku lupa ingin bercerita apa. Ah! Iya aku ingat”

Jihoon menggelengkan kepalanya dan kembali tersadarkan bahwa ia sedang berbicara dengan pria yang sedang mabuk.

“Hmmm lanjutkan”

“Hari ini aku tak sudah tak punya satu pun keluarga lagi yang peduli denganku. Kantorku juga sedang dalam masalah dan aku terancam di pecat, untungnya kau tahu?”

“Apa? Aku tidak tahu”

“Untungnya aku mempunyai 2 pekerjaan hahaha”

Jihoon hanya menyungging ujung bibirnya seperti sedang ikut tertawa sambil menyeruput kembali colanya yang hampir habis. Pria itu melanjutkan ceritanya kembali dengan tubuh terkulai dan mata yang sayu berbinar hampir menitikan air mata kembali.

“Haaaaaa~ aku benar-benar hancur hari ini nak. Apa kau tahu itu? Aku sudah memiliki keluarga kau harus lihat ktp ku sudah kawin di buat disana dalam status keluarga ku. Namun sebentar lagi aku akan melajang kembali. Sedih rasanya aku meninggalkan seorang anakku yang lucu pada mantan istriku tapi kau tau nak?”

“Ga tau~” Jawab Jihoon seadanya karena matanya mulai mengantuk saat mendengar cerita pria disampingnya.

“Kau lebih manis dari mantan istri ku. Makanya aku tak ingin kau tersenyum tadi dan mengakhiri saja hidupku.”

Jihoon melupakan bagian terakhir karena kini matanya sudah benar-benar tertutup rapat hampir memasuki bunga tidur.

Soonyoung tersenyum lalu kemudian terkekeh geli dengan tingkahnya sendiri. Ia ikut menenglengkan kepalanya di atas meja sambil bertatapan dengan pemuda manis yang sudah terlelap disampingnya itu. Tanpa sadar jari-jemari Soonyoung membenarkan anak rambut yang menghalangi wajah manis Jihoon.

Soonyoung tak tahan, telapak tangannya menyapu puncak kepala Jihoon dengan lembut sambil mengucapkan beberapa kata dan tersenyum.

“Nak, hidup itu keras. Di usia semuda mu aku masih bermain game konsol di rumah tanpa mengerjakan tugasku. Tapi kamu malah bekerja sampai selarut ini demi menemani pria pecundang ini sampai sadarkan diri. Semoga tuhan memberkati mu, ku doakan yang terbaik untukmu hingga mendapat seseorang yang akan menjagamu dengan baik hingga kau sukses”

Tangan Soonyoung tak sengaja bersentuhan dengan pipi gembil Jihoon barusan dan membuatnya terjaga dari tidurnya. Soonyoung dengan sigap berdiri karena merasa sudah sadar sepenuhnya kemudian berjalan kesana kemari dengan panik hingga melakukan beberapa gerakan peregangan seperti push up untuk mengalihkan pandangan Jihoon darinya.

“Sudah bangun? hehe” Tanya Soonyoung sambil berdiri membenarkan jaketnya kemudian tersenyum canggung pada Jihoon.

Jihoon mengedipkan matanya beberapa kali lalu mengusap kuat matanya dengan bukuan jari untuk membenarkan edaran matanya. Namun sayang tangan Soonyoung lebih sigap sebelum ia melakukan hal tersebut.

“Ah kenapa ahjusi aku ga bisa liat dengan baik kalau ga di kucek matanya!”

“Jangan, nanti mata mu merah. Usap seperti ini saja lebih aman” Tolong Soonyoung sambil mengusap pelan mata Jihoon.

Rona merah di pipi Jihoon terpampang jelas dan membuatnya salah tingkah. Jihoon membalikan badannya berjalan menuju kasir guna mengambil kunci dan tasnya cepat.

“A-ayo pulang! Sudah benar-benar larut ahjusi. Kau harus pulang kerumah mu” Ucap Jihoon sambil membawa Soonyoung keluar dari gerainya kemudian menutup rapat pintu troli etalase gerai tersebut.

Soonyoung juga dengan gerakan bingung, membuat Jihoon jalan terlebih dahulu untuk masuk ke mobilnya agar siap di antar menuju rumahnya.


Sepanjang perjalanan Jihoon hanya memandang ke arah luar jendela sambil menguap beberapa kali. Soonyoung yang melihat tingkah gemas Jihoon pun terkekeh dibuatnya. Jihoon yang menyadari hal tersebut membesarkan volume radio mobil Soonyoung yang memutarkan lagu jazz.

Soonyoung yang terkejut karena besarnya suara volume radio langsung mengecilkannya kembali kemudian mengacak asal puncak kepala Jihoon gemas.

“Kamu ini nakal ya ternyata, kaget saya loh”

“Ya lagian kenapa senyum-senyum gitu?! Dasar Ahjusi mesum”

“Astaga kamu bilang saya mesum? Kamu sekolah dimana?” Pertanyaan yang sangat tak ada kolerasinya dengan tingkahnya Jihoon juga hanya menjawabnya asal namun benar.

“Hanyang”

Soonyoung yang awalnya terkejut, menyunggingkan senyumnya setelah mendengar nama universitas Jihoon.

“Ohhh~ hanyang? Jurusan apa?”

“Manajemen. Ck! Kenapa sih nanya-nanya? Kepo banget! Lihat jalan aja belok kiri ada rumah warna putih pagarnya emas itu rumah saya!”

“Kamu ini benar-benar ya, seharusnya kamu bersikap yang sopan dong sama dosen kamu”

“Dosen? Bapak dosen hanyang? Hahaha ga percaya~ —HAAAAA!!!? P-PAK S-SSSOON-SSOONYOUNG?”

Menolak lupa dengan perkataannya barusan, Jihoon lansung membungkuk 90° menghadap kursi pengemudi. Saat ia menunduk ia merutuki dirinya sendiri setelah melihat kartu id name yang baru saja Soonyoung perlihatkan kepadanya.

Jihoon langsung duduk siap saat Soonyoung memegang puncak kepalanya. Mematung masih sambil merutuki sumpah serapah pada dirinya sendiri di dalam hati karena telah bertingkah semena-mena dengan dosen prodinya yang akan mulai mengajar minggu depan.

Soonyoung yang menyetir di samping hanya bisa tertawa melihat tingkah mahasiswanya itu. Memberi Jihoon sebotol air mineral yang langsung di tolak dengan amat sopan oleh Jihoon yang kembali mematung di kursi penumpang disampingnya.

“Belok kiri, rumah besar car warna putih yang pagarnya emas itu rumah siapa?” Tanya Soonyoung jahil.

“Saya pak” Jawab Jihoon formal.

“Okey, sudah sampai”

“Ya?”

Jihoon terkejut kemudian bergegas melihat sekelilingnya dari jendela kanan kiri depan belakang dirinya. Dan benar saja ia sudah sampai di depan rumahnya 4 menit yang lalu semenjak ia mematung di kursi penumpang. Soonyoung tersenyum kembali sambil mengusap puncak kepala Jihoon. Memberikan jaketnya untuk Jihoon kenakan saat keluar nanti.

“Pakai! Senin tolong bawa ya. Oh ya tolong cuci sekalian”

Jihoon tak bisa menolak ia pun keluar dengan memakai jaket Soonyoung dengan kalut dan mengiyakan permintaan Soonyoung.

“Siap pak, terima kasih banyak pak. Hati-hati di jalan”

Dengan kakunya Jihoon mengucapkan selamat tinggal pada Soonyoung malam itu setelag menghempaskan pintu mobil dengan keras hingga Soonyoung tersentak di tempat duduknya.

“Dasar anak itu, lucu banget jadi pengen bawa pulang hahahaha”

Soonyoung pulang dengan keadaan sadar hingga ia merasa baikan setelah bercerita dengann tanpa sadar di gerai tempat dimana mahasiswanya bekerja paruh waktu.