didn't mean to make you blush

———

Wonwoo berada di tongkrongan biasa bersama Daniel, Jaehwan, Jinjin, Hanbin, Soonyoung dan Jun. Mereka masih dengan agenda lamanya namun disiang hari mereka tidak pernah membuat kegaduhan dengan petikan gitar Jaehwan melainkan membuat kegaduhan dengan cara lain, yaitu suara pecundang yang di keluarkan oleh Hanbin saat ini perkara kalah bermain ludo.

Karena ia menjadi penonton saat maka ia juga terkadang berkutik dilayar pipih ponselnya. Tak lama mengscroll aplikasi Tiktok sesekali berseringai saat kebisingan pemain ludo gaduh, tak lama ponselnya bergetar dan menampilkan kontak bernama Jeonghan. Ia mengangkat panggilan itu dengan santai dan memulai pembicaraan terlebih dahulu kepada yang diseberang.

“Halo han, tumben?”

“Iya nih, tumbenan gue mau nelpon lo soalnya mendesak.”

“Mendesak? Perkara apa nih?”

“Jihoon kan—”

“Jihoon? Jihoon kenapa??”

Belum selesai Jeonghan menyelesaikan kalimatnya, wonwoo sudah memotongnya terlebih dahulu dengan nada khawatir. Lantas pria yang ikut menjadi teman menontonnya itu disamping yang awalnya tertawa kini menampakan wajah penuh kekhawatiran.

“Ohhh~ iyaya maap, sorry gue motong. — ada nih samping, oh iya jadi. — Okehh!”

Panggilan tersebut berlangsung dengan cepat, membuat Pria kerap dipanggil Guen tersebut mengangkat kedua alisnya seperti bertanya-tanya ada gerangan apa setelah Wonwoo berteriak menyebutkan nama Jihoon.

“Napa lo?” Ucap Wonwoo

“Jihoon? Kenapaa?? Tadi ngomong sama siapa?”

“Jeonghan nelpon buat ngajak gue ke rumah Jihoon buat ambil mobil bokapnya terus temanin dia buat belanja bahan makanan untuk besok, Jeonghan nyuruh gue buat ajak lo juga. Jadi cepetan gercep kita kesana sekarang!”

Banyaknya pertanyaan, wonwoo hanya bisa mempersingkatnya agar bisa segera bergegas menuju kerumah Jihoon. Soonyoung yang baru saja mendengar hal tersebut ikut bergegas memasukan barang bawaannya masuk ke sling bag, kemudian menghidupkan mesin motornya dan membututi wonwoo yang sudah jalan menuju kerumah Jihoon terlebih dahulu.

Sesampainya disana Wonwoo sudah memarkirkan motornya di halaman depan rumah Jihoon, menekan bell untuk memanggil sang tuan rumah agar keluar menemuinya. Tak lama Jihoon membuka pintu utama rumahnya, Soonyoung yang baru saja masuk ke halaman depan rumah membuatnya bergegas menuju ke kamar, karena saat ini ia hanya menggunakan hot pants yang menampakan paha putih susunya tersebut sambil menawarkan Wonwoo agar masuk kerumah terlebih dahulu sembari ia menukar baju.

“Masuk dulu nu, ajak guen juga. Gue mau ganti baju!!”

“Ji!! Yah padahal ngga papa gitu aja tadi.” Ucap wonwoo dalam diam. Kemudian membuat gestur tangannya yang meminta guen yang saat ini sedang membuka helm untuk masuk bersama dengannya.

“Mari dah lo cepet! Gue malu masuk sendiri.”

“Jihoon mana?” Tanya guen.

“Masuk kamar ganti baju.”

Guen pun menuju wonwoo dan mereka segera masuk atas tawaran Jihoon sebelumnya. Mereka masuk dengan sopan, mengucapkan salam sebelum melangkah menuju ruang tamu yang cukup mewah dan luas itu. Netra mereka mulai memindai sudut ke sudut ruangan memuaskan mata menikmati sejuknya ruang tamu rumah Jihoon.

Perlahan kaki mereka mulai melangkah ke arah yang mereka inginkan, Wonwoo yang tertarik dengan koleksi ikan hias di aquarium milik papa Jihoon yang berada di perbatasan antara ruang tamu dan ruang keluarga. Sedangkan Soonyoung yang mengamati figura demi figura yang menampakan wajah Jihoon sedari masih bayi hingga ia tumbuh dewasa seperti saat ini.

“Buset gede banget, btw besok kita meeting dimana ya guen? Guen? Guen! Mboh lah~”

Soonyoung tak menggubris pertanyaan Wonwoo dan masih memperhatikan figura yang terpajang rapi di tempok.

“Maaf ya lama nungguin— ehh ya ampun jangan diliatin gue malu!” Jihoon yang baru saja turun dari kamarnya di lantai dua, berlari menuju Soonyoung untuk menutupi figura foto-fotonya tersebut.

“Hahaha ada foto lo ya? Gue malah ngga ngeh terus ke distrak sama Aquarium gede gini.” Guyon Wonwoo pada Jihoon.

“Ehee itu punya bokap gue, kalau ini punya nyokap. Harusnya gue pindahin karena malu, tapi mau gimana lagi. Mending gue tutup aja atau gue ambil dulu ya sampe acara besok selesai? Ambil aja deh. ” Ucapnya sambil mengambil beberapa figura untuk ia turunkan. Namun tangannya ditahan oleh Soonyoung pelan hingga Wonwoo reflek menutup mulutnya yang otomatis terbuka karena terkejut dengan kedua telapak tangannya.

“Ngga ada yang perlu lo maluin, semua fotonya bagus kok. Ngga papa disana aja, biar sesuai sama permintaan nyokap lo.”

Pipi Jihoon kembali berulah semena-mena menjadi merah muda, ia mengibaskan tangannya guna meredakan panas di pipinya sambil menyembunyikan wajahnya dibelakang figura yang masih ia pegang.

“Sini gue bantuin majang lagi.”

Setelah kalimat itu terucap, Soonyoung langsung mengambil beberapa figura tersebut dari tangan Jihoon dan memajangnya kembali tepat di belakanh tubuh mungil Jihoon. Si empu tubuh yang hampir tertindih karena jarak yang dekat tersebut membuatnya semakin tak bisa mengontrol degup dadanya yang begitu cepat. Wonwoo yang melihat moment saat itu langsung mengabaikannya melalui handphone pribadinya kemudian berlalu keluar sambil tersenyum sumbringan membiarkan keduanya menikmati waktu berduaan.

Soonyoung yang baru saja menyelesaikan kegiatannya tersebut hingga baru sadar bahwa ia telah membuat posisi canggung antara ia dan Jihoon tanpa sengaja. Soonyoung dengan cepat memberi jarak diantara mereka dan bergegas meminta maaf kepada Jihoon.

“So—sorry Ji, gue cuman pengen nolongin majang doang. Ngga bermaksud lain.”

“N—ng— ngga papa kok, salah gue juga kenapa ngga langsung lari dari sana hehe, yuk jalan.”

Soonyoung langsung mempersilahkak Jihoon untuk berjalan terlebih dahulu agar ia bisa membututinya dari belakang sembari meringankan pikirannya yang sudah membuat kesalah pahaman antara dirinya dan Jihoon. Sesampainya di halaman depan, Wonwoo menyerahkan kunci mobil yang baru saja ia ambil dari penjaga rumah kepada sang pemilik rumah tersebut. Jihoon pun bingung dari mana ia tahu dimana kuncinya diletakan, untungnya Wonwoo bisa membaca air muka Jihoon, ia pun memberitahunya.

“Gue tahu soalnya gue pamerin foto kalian lagi kasmaran ke tukang kebun di depan yang lagi nyapu halaman rumah lo, terus dia ikutan seneng jadi langsung sodorin gue kunci mobil soalnya lo ada bilang mau pergi kemana dan dia juga tau kalau lo ngga bisa bawa jadi dia kasih ke gue deh, nah! Kasih ke guen gih dia aja yang nyetir gue lagi mager. Btw ini motor kita taroh dimana?”

Tak diberi sela antara keduanya berbicara, Jihoon dengan gagapnya langsung memberi kunci mobil tersebut kepada Soonyoung dan berjalan menuju garasi menunjukan kepada wonwoo tempat yang akan menyimpan motor mereka.

“Keluarin dulu mobilnya ntar taroh disini aja motor kalian biar aman.”

Soonyoung pun mengeluarkan mobil milik Jihoon tersebut dan Wonwoo memasukan motor mereka. Setelah wonwoo selesai dengan kegiatannya ia pun menaikan alisnya satu seperti bertanya mengapa Jihoon masih berdiri diluar menantikan dirinya.

“Ji, kok belum masuk malah nungguin gue.” Ucap wonwoo sambil berjalan menuju Jihoon, dengan cepat Jihoon menarik lengan Wonwoo sambil berbisik; “lo kira gue berani main masuk terus berdua di mobil ama Guen abis kejadian tadi? Mana lo ceritain lagi sama pak djarot gue sama guen begituan didalem! Apa kata papah gue nanti!!!!”

“Hehehe nggapapa, beliau seneng kalau lo juga putus dari seokmin ji. Yuk masuk, duduk depan ya lo! Awas duduk belakang bareng gue.”

Wonwoo berlalu masuk ke pintu kursi belakang mobil dan meninggalkan Jihoon disana yang masih mematung tak percaya bahwa Wonwoo yang baru saja mengenalnys pun tau bahwa Seokmin tak pantas untuk ia miliki. Menerima tamparan tersebut Jihoon tersadar bahwa kehadirannya di 7teen team bukan hanya sekedar rekan project tapi juga rekan protect heart untuk dirinya.

//tin!// suara klakson mobil membuat Jihoon terperanjat dari lamunannya. Perlahan jendela kaca mobil turun dan menampakan Wonwoo didalam yang meneriakinya agar ia untuk masuk kedalam segera.

“Melamun bae! Masuk dah, ntar dikira kita maling lagi.”

“Kaget njir!! Iya iya ini masuk.”

Jihoon masuk dan segera memasang seatbeltnya namun gagal, kode berdecak dari Wonwoo dibelakang sana tersampaikan dengan cepat kepada Soonyoung. Dan ia pun segera membantu Jihoon memasang seat beltnya dengan benar sambil mengucapkan permintaan maaf.

“Sorry ya Ji, Wonwoo anaknya ngga sabaran jadi lo kaget deh gegara gue klakson. Oke! Udah siap nih, yuk berangkat.”

Jihoon hanya bisa mengangguk sambil mengigit bibir bawahnya, mencoba memfokuskan pandangannya kedepan namun ujung ekor matanya tak berhenti menuju kearah Soonyoung sedari tadi. Dalam perjalanan handphone Jihoon dipenuhi oleh spam chat yang mana oknum pelakunya adalah penumpang kursi belakang yang terus menjahilinya. Jihoon hanya bisa menghela nafas berat sambil berdelik picik ke arah belakang. Sementara guen yang menyetir hanya bisa menahan tawanya dalam diam karena aksi menggemaskan antara kedua teman satu teamnya itu.