Breakfast
Derit suara sendal slip on Jihoon dari langkah ringannya membuat senyum di pipi Soonyoung seketika mengembang, Gemas sekali pikirnya pada pria yang sedang berjalan sambil berjinjit kecil kegirangan di depannya ini setelah ia mengajak untuk sarapan pagi bersama. Kata “Traktir” mungkin menjadi mantra ampuh untuk Jihoon yang sedang mood down pagi ini. Tentu saja Soonyoung akan bertindak sejauh mungkin selama Jihoon belum mengatakan enggan untuk menjadi Housematenya.
Kini mereka sudah masuk di sebuah restoran yang sudah Soonyoung booking sebelum menjemput Jihoon di lobby barusan. Menarik kursi untuk Jihoon dan menaruh beberapa set sumpit, sendok, dan garpu di depannya. Tak lama waiters langsung menghidangkan beberapa masakan yang tadi sudah Soonyoung pesan.
“Silahkan Jihoon, makan yang banyak” Ucap Soonyoung menyilahkan Jihoon memakan hidangan yang sudah di sediakan di depan mereka.
Menyipit matanya curiga Jihoon mencondongkan tubuhnya mendekat kepada Soonyoung untuk menatap matanya intens. Ia curiga dan merasakan ada sesuatu yang akan terjadi jika ia memakan hidangan di depannya ini walaupun hanya sesuap masuk ke mulutnya. Soonyoung hanya bisa terkekeh kecil kemudian mendorong kecil pundak Jihoon agar duduk kembali ke kursinya.
“Hahaha kenapa natap gue gitu banget? Lo kira gue ngide ngasih racun atau segala macam hal gitu di dalam situ? Ga Jihoon gue ga sejahat itu. Makan ayo!”
“Eits!!!” Tahan Jihoon saat Soonyoung sudah mengangkat tangannya setengah untuk mengambil sendok.
“Hemm? Kenapa? Ayo!”
“Bentar deh, ini beneran gue makan sebanyak ini?”
“Ga lah Jihoon, kan gue bantuin habisin”
“Oh~ kirain buat gue semua” Ucapnya sambil memajukan bibir bawahnya mengerucut.
Melihat pria mungil di depannya ini merasa kecewa, Soonyoung meletakan kembali sendok dan garpunya di meja kemudian menyerahkan semua hidangan ini untuknya.
“Ya udah semuanya buat lo”
“Beneran?” Tanya nya dengan mata berbinar.
“Iya beneran”
“AAAA SOONYOUNG MAKASIH BANYAK IHHHHH!!!”
Kembali mengembangkan senyumnya, Soonyoung sangat senang melihat Jihoon memakan semua makanan di depannya dengan lahap. Saat pria mungil itu mengambil rehat mengunyahnya dengan meneguk segelas air. Ia tersadarkan saat matanya menatap Soonyoung di depannya sedang memandangnya dengan kedua tangan yang di lipat pada dadanya.
Tersedak sebentar, Jihoon menaruh gelasnya di meja dan menyerahkan beberapa piring hidangan yang masih tersedia dia atas meja untuk Soonyoung santap dengan malu-malu.
“Makan juga dong, jangan natapnya gitu. Guenya mau kalau gue lagi makan di liatin mulu.”
“Tadi katanya mau semua?”
“Ih! Kapan gue bilang?”
“Oh ga ada ya?” Goda Soonyoung.
“Ga ada! Gue ga pernah bilang gitu! Gue cuman nanya doang lo nya kasih semua ke gue! Udah ah makan sana nanti gue habisin semuanya nih!” Ancamnya kepada Soonyoung.
“Ya udah sana abisin”
“Ih soonyoung!”
Soonyoung hanya bisa tertawa sambil mengambil piring yang berisikan nasi goreng sisa setengah yang sudah di makan Jihoon dan si empu pun menariknya kemudian memberikan yang masih utuh.
“Ngapain makan bekas gue sih?! Itu kan masih ada yang banyak.”
“Gapapa, kasian nasinya ga di habisin mubazir”
“Yang ini harusnya mubazir kalau ga dimakan! Udah makan yang ini aja”
Soonyoung tak menolak, ia hanya memperhatikan Jihoon yang sedang membereskan beberapa piring yang kosong untuk di pinggirkan dan menyisakan beberapa makanan yang masih tersisa. Menghidangkan kembali makanan yang layak di makan untuk di santap oleh dirinya. Dapat Soonyoung rasakan kepribadian inisiatif Jihoon akan reflek keluar jika tidak ada yang menyuruhnya. Pagi ini dapat dikatakan ia sudah temukan satu fakta tentang Jihoon dari kegiatan sarapan pagi ini.
“Makasih Jihoon”
“Iya sama-sama. Di habisin!”
“lo juga, habisin tuh masih banyak”
“Iyaiya soonyoung makasih ya”
Soonyoung hanya mengangguk lalu mereka pun menyantap sarapan mereka dengan tenang.
“Ji, bayar.” Ucap Soonyoung enteng sambil berlalu melewati kasir.
“Lah! Soonyoung lo apaan sih? Bayar sana!” Jihoon menarik lengan Soonyoung menuju kasir dengan panik.
“Lo makannya banyak tadi duit gue ga cukup”
“Dih rese banget lo ya! Tadi yang nawar siapa? Yang bilang mau traktir siapa? Kok gue yang kena?”
“Yang makan banyak siapa?”
“Lo!”
“Jujur Jihoon”
“Iyaya gue!! Tapi kan yang janji traktir kan lo!!!”
Soonyoung langsung menutup mulut Jihoon yang teriak-teriak di depannya dan juga kasir yang hanya menatap mereka sedari tadi. Merasa harus diselesaikan tanpa mendapat pandangan aneh seisi restoran Soonyoung pun membawa Jihoon duduk kembali ke meja mereka untuk diskusi.
“Ih jangan Pegang-pegang bisa ga sih!” Protes Jihoon sambil melepaskan tangan Soonyoung dari tangannya dan mulutnya.
“Makanya jangan teriak-teriak!”
“Ya lo nya rese sih! Masa gue yang bayar? Kan lo yang janji traktir!!”
“Hhhhhh~ Jadi gini, Sebetulnya gue traktir lo itu beneran dan bakalan gue tepatin dengan syarat lo harus janji dan bakalan ngelakuin semua rules yang udah gue kasih tau ke lo beberapa hari yang lalu.”
“IH LO KOK CURANG SIH!” Ucap Jihoon dengan nada yang tinggi sehingga semua pasang mata tertuju pada meja mereka.
“Shhtttt!! Please jan teriak ih ga baek!”
“Ya lo tuh ishhh—”
“Iyaya gue curang iya! Tapi kalau ga gini lo ga bakalan ngelakuin. Ini demi lo sendiri Jihoon, dan itu ga bakalan ngerugiin siapapun”
“Ya tapi kan ga gitu juga kali elahh!!!”
“Lo mau lakuin atau lo bayar bill sarapan hari ini yang lebih 32 juta habisnya”
“Buset! Sarapan apa 32jt?”
Soonyoung memanggil waiters restoran itu untuk membawa Struk bill makanan mereka kehadapan Jihoon. Dan benar saja setelah Jihoon yang mengecek sendiri totalnya sebesar Rp. 31.990.789,-
Tercengang karena nominal yang cukup besar hanya sekedar sarapan pagi, hingga cukup tercengang lagi karena faktanya pagi ini meja mereka penuh dengan masakan royal premium yang Soonyoung pesan tanpa memberi tahu Jihoon setelah menyuruhnya menghabiskan setengah makanan tersebut.
Terduduk lemas di lantai, Soonyoung mengangkat tubuh Jihoon untuk berdiri tegak agar mereka segera menuju apartemen sebelum pengunjung restoran menatap mereka lebih aneh lagi.
“Berdiri ayo! Jan gitu duduk di lantai. Mau bayar atau lo ngerjain rules yang udah gue buat?”
“Gendong gue lemes”
“Bayar atau kerjain rules?” Tegas Soonyoung memastikan Jihoon kembali sebelum pria kecil di hadapannya ini ingkar janji.
“Iyaya ih ayo cepetan bawa gue ke apart gue beneran lemes!!!” Teriak Jihoon kepada Soonyoung.
“Ya udah ayo naik ke punggung gue” Ucap Soonyoung Menghadapkan punggungnya dan Jihoon pun naik ke punggung Soonyoung dengan keadaan terkulai.
Mereka pun keluar dari restoran setelah Soonyoung membayar sarapan mereka pagi ini, kemudian menyebrang jalan untuk menuju ke apartemen mereka kembali sambil diiringi suara cicit racau gemas Jihoon di telinga Soonyoung.
“Itu uang jajan gue seminguu~ itu uang jajan gue seminggu~ itu uang jajan gue seminggu~”
Terukir kembali senyum jahil di wajah Soonyoung pagi ini. Ia sangat bahagia karena kemenangan di pihaknya dari Jihoon si anak rektornya yang sangat keras kepala.