because you started it

———

Jihoon sudah berkemas rapi semenjak sore tadi dengan potongan ramput undercutnya beserta kemeja biru muda bagian lengannya digulung ke atas, siap menuruni anak tangga rumahnya. Saat hendak berpamitan untuk pergi bersama Seungkwan dan Jeonghan yang sudah ia rencanakan sebelumnya untuk menghindari Seokmin ternyata gagal. Pemuda yang masih menyandang status pacarnya itu sudah menunggunya di ruang tamu bercengkrama dengan papanya.

Memutarkan matanya dan berlenggang malas menuju ruang tamu, Jihoon bersalaman pamit kepada papa kemudian berlalu menuju pintu tanpa mengabaikan kehadiran Seokmin.

“Ini Seokmin ngga kamu ajak ngomong dulu? Mau pergi sekarang banget?” Ucap sang papa kepada anak semata wayangnya itu.

“Kan ketua pelaksananya suruh cepetan dateng, buat apaan lagi ngobrol dulu? Kan disana masih bisa ngobrol, ya gasih?”

“Kalian berantem?”

Tanya pria paruh baya itu sambil mengernyitkan alisnya, kemudian langsung ditangkal oleh Seokmin yang membawa Jihoon segera keluar dari rumahnya agar papa Jihoon tidak menyelidiki hubungan mereka lebih lanjut.

“Ng- nggak kok om, kita ngga berantem. Izin pergi dulu om, mari!”

Seokmin merangkul bahu Jihoon agar mereka berlalu keluar dengan cepat dan sekaligus tidak menimbulkan kecurigaan terhadap Orang tua tunggal Jihoon. Seokmin membukakan pintu untuk Jihoon masuk kedalam mobilnya kemudian memasang seatbelt diakhiri dengan cubitan kecil di hidung Jihoon. Tentu saja si empu tidak menyukainya dan menepis tangan Seokmin kasar.

“Apaan sih? Lo pikir gue masih bisa lo manjain kayak dulu? Ngga ya gue bisa sendiri. Awas sana!”

Setelah berucap seperti barusan Jihoon memasang dan membenarkan seatbeltnya sendiri, kemudian berlalu menghiraukan Seokmin dengan fokus yang tertuju pada layar pipih handphonenya. Seokmin yang mendapatkan perlakuan kasar dari Jihoon tak berkutik, sebab ia paham bahwa perlakuan Jihoon yang seperti ini kepadanya memang pantas untuk ia dapatkan.

Seokmin menetralkan pikirannya kemudian duduk pada kursi kemudi, mengusap surai hitam Jihoon sebentar bersamaan dengan senyum instannya dan mengendarai mobilnya menuju tujuan mereka malam ini.

Sesampainya disana Jihoon disambut beberapa anggota team untuk bersalaman, Seokmin? Mereka tak menggubris kedatangannya dan segera mencari tempat duduk untuknya dan Jihoon. Setelah bersalaman dengan semua yang hadir Jihoon inisiatif duduk disamping Seokmin, karena ia masih memiliki hati nurani dan sadar Seokmin masih miliknya saat ini.

Tinggal 2 orang dari mereka yang belum hadir, tentu saja guen dan kekasihnya, Jisoo. Semua orang yang hadir disana bercengkrama saling menanyakan kabar dan juga urusan perkuliahan mereka. Tak lama si pemilik projek ini baru saja tiba namun tak bersama sang kekasihnya. Jihoon kembali memeriksanya disegala penjuru sudut restoran tersebut, namun tak menemui keberadaannya.

“Nyariin siapa?” Tanya Seokmin.

“Pacar lo mana?” Balas Jihoon bertanya kepada Seokmin. Dengan senyum teduhnya ida menunjuk dada Jihoon untuk jawaban dari pertanyaan si manis didepannya ini.

Jihoon menggenggam tangan Seokmin dan menjauhkannya dari dirinya, tatapan sinis Jihoon kembali menusuk netra Seokmin hingga ia harus mengedipkan matanya beberapa kali untuk pengalihan. Tak lama pula seseorang yang Jihoon cari pun datang, entah kenapa jantung Jihoon berdegup kencang, tangannya gemetar menahan amarah karena rivalnya duduk disatu meja yang sama dengannya. Untungnya ia dibawa hansol dan jeonghan untuk duduk di seberang ujung meja mereka.

Ujung telunjuk Seokmin yang masih digenggam Jihoon amat terasa oleh dirinya rematan kuat disana. Seokmin bukannya menghentikan rematan tersebut malah ia hiraukan, bahwa ia tahu Jihoon sedang meluapkan amarahnya disana sekalipun bisa membuat telunjuknya itu patah.

Semua orang mulai makan jamuan yang disediakan bersama sembari Soonyoung menjelaskan beberapa materi untuk projek bulan ini.

“Dikarenakan materi gue bulan ini sama kayak materi bulan lalu, jadi projek kita bulan kemaren disambung aja untuk bulan ini gimana? Eh— btw paham kan maksud... Guen?”

“Iyaa guen iyaa pahamm~” Tangkas Seungkwan dengan nada mengejek karena Soonyoung tak sengaja mengucapkan nama panggilannya sendiri.

Semua member tertawa karena tingkah lucu menggemaskan si pemilik nama guen tersebut, si empu nama malah tersenyum kikuk sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal itu. Saat ia menunduk tersipu malu, netranya tidak sengaja bertemu dengan wajah manis Jihoon yang sedang ikut menertawainya dengan deretan giginya yang lucu. Seketika membuat ia tersipu senyum sendiri dan memulai kembali membahas projeknya itu.

“Udah-udah fokus ya! Jadi sesuai kesepakatan bersama kemaren, untuk projek kali ini diadakan di Jogja dan semua orang setuju bahwa projek kali ini dipimpin oleh Jihoon.”

Jihoon yang awalnya diam perlahan berdiri dari tempat duduknya dengan kedua tangan menutupi mulutnya. Sambil menunjuk dirinya tak percaya, perlahan pelupuk matanya mulai dibanjiri air mata, semua orang bertepuk tangan untuk apresiasi kepercayaan mereka ada pada dirinya. Seokmin dengan sigap dan bangga membawa Jihoon dalam rengkuhannya guna memberi afeksi dan pereda tangisan Jihoon. Sesekali ia juga mengecup puncak kepala Jihoon yang masih tersedu menangis. Semua orang dibuat haru oleh Jihoon, karena projek amal kali ini bertemakan “Ibu”.

Jihoon dipanggil Soonyoung kedepan untuk langsung menjelaskan materi projek yang ingin ia garap agar penerapan kegiatannya jelas untuk diikuti oleh semua anggota.

“Sebelumnya terima kasih banyak udah mau nerima usulan gue, padahal gue ngga tau kalau usulan rahasia ini bakalan kebongkar dan semua member tau. Awalnya usulan ini cuman muncul waktu evaluasi private sama Soonyoung waktu awal masuk jadi team projek ini, iseng-iseng waktu ditanya sama Soonyoung kalau gue ada rencana mau masukin materi gimana buat pertemuan yang bakalan gue leaderin, dan gue jawab temanya ibu.

— sebagian dari kalian mungkin ada yang tau kisah hidup gue sebagian ada yang ngga tau kan. Jadi gue itu dibesarin tanpa sosok ibu. so, gue pengen ngerasain berbakti sama ibu tuh gimana, jadinya gue garap tema ini.

— Kenapa di Jogja, karena mama gue asli orang Jogja dan gue juga ngga pernah diajak kesana sama papa karena mama meninggal waktu gue masih bayi. Kata papa juga di Jogja masih ada desa terpencil yang belum punya fasilitas medis yang lengkap, kaya ibu hamil susah buat check kehamilannya kudu pergi ke rumah sakit kota besar dulu, lansia juga susah buat berobat, ada yang anak-anak imunisasinya ngga lengkap.

— Jadi keinginan gue untuk menolong mereka disana cukup gede sampai gue bisa bilang, gue rela bayar lebih untuk bawa tenaga medis kesana. Jadi, gimana pendapat kalian?”

Bukannya mendapat tanggapan, Jihoon kembali dihujani tepuk tangan dan sorakan yang meriah hingga pelanggan lain seantero restoran tersebut menjadikan mereka pusat perhatian.

“Pendapat kita nanti biar ditambahin aja semisaknya ada yang kurang, disini sekarang kita cuman mau tau visi dan misi lo aja untuk alasan tema lo ini. Makasih ya Ji, idenya. Gue salut sama lo yang masih menghargai sosok wanita diluar sana. Ngga kaya ichan yang melulu tentang bajak sawah pakai kebo hahahaha”

Kalimat guen barusan kembali memecahkan suara tawa diantara mereka, kini materi telah tersampaikan dan wakil team, Seungcheol mulai menjamu semua anggota dengan beberapa sampanye yang dibawanya.

“Nah karena sesi materi udah selesai, ayo semuanya teguk sampanye bapak gue bawa dari paris sebelum kita holiday ke Jogja hahaha”

Suka cita pertemuan malam ini cukup membuat Jihoon terkesan. Hatinya penuh kegembiraan saat ia berada ditengah 12 orang hebat ini, walaupun ia masih memiliki kekesalan terhadap 2 anggota didalam team, namun ia mencoba mengenyampingkan hal tersebut untuk menikmati moment malam ini.

Hidangan penutup baru saja sampai tepat dipukul 00.30 dini hari, semua pelanggan sudah pergi dan tersisa anggota team 17teen saja, semua orang mulai pada porosnya masing-masing bagai restoran ini milik pribadi. Disudut restoran ada karoke terbuka yang diisi oleh seungkwan dan dino yang diiringi oleh Jun dan minghao menjadi penari latar, ada seungcheol yang setengah sadar mulai menggoda Jeonghan agar cintanya terbalas tanpa lelah, ada pula hansol yang sudah tertidur pulas di sofa bersama mingyu, dan wonwoo yang sibuk dengan game di handphonenya.

Kini diatas meja yang dari awal mereka duduki meninggalkan 4 orang yang masih bertahan, Jisoo, Soonyoung, Seokmin dan Jihoon. Mereka berempat secara bersamaan fokus pada handphone masing-masing, Jihoon dengan aplikasi tiktoknya, Soonyoung dengan berbagai telepon dari anggota BEM-nya, dan Jisoo Seokmin yang sibuk dengan ruang chat mereka.

Tak berselang lama, Jisoo berlalu keluar meninggalkan semua orang didalam restoran untuk sekedar mencari angin segar. Kemudian disusul oleh Seokmin dengan gerak-gerik yang kikuk permisi kepada Jihoon.

“Ji, a-aku ke toilet sebentar ya?”

“Tapi toilet arah sana bukan pintu keluar.”

Seokmin yang awalnya berjalan menuju pintu keluar kini beralih masuk ke toilet, setelahnya ia memasuki toilet tersebut ia kembali membuka ruang obrolan antara ia dan Jisoo. Setelahnya ia pun keluar kembali dan permisi keluar kepada Jihoon untuk sekedar membeli minuman dingin.

Melihat tingkah pacarnya yang aneh, ia pun membututi Seokmin dari belakang. Pikirnya ia khawatir sesuatu akan terjadi pada Seokmin, mengingat hatinya yang beku telah mencair setelah perlakuan Seokmin pada dirinya beberapa Jam yang lalu.

“Seokmin~, mine.... — sayang! Seok—....”

Suara handphone Jihoon yang terjatuh ke lantai membuat cumbuan panas antara Seokmin dan Jisoo di taman restoran itu terhentikan. Jihoon yang mencoba mengerjapkan matanya tak bisa percaya dengan apa yang barusan ia lihat. Helaan nafas diantara tawa sunggingannya itu membuat ia kehabisan kata-kata untuk diucapkan. Segera ia mengambil ponselnya kembali dan berlalu pergi dari hadapan mereka.

“Jihoon aku bisa jelas—”

Kalimat Seokmin tersentak karena pergelangan tangannya ditahan oleh Jisoo.

“Kamu ngapain sih? Lepasin ngga atau—”

“Atau apa? Atau apa aku tanya? Kamu masih mau ninggalin aku dan pergi jelasin ke dia kalau kita ngga ada apa-apa nya? Hahaha kamu bego, apa ngga liat kalau dia liat sendiri kita ciuman tadi?!”

Seokmin menepis tangan Jisoo dan menarik pergelangan tangannya kembali.

“Persetan kalau dia liat, intinya aku mau selesain semuanya malam ini.”

Seokmin segera berlari menuju Jihoon yang entah kearah mana ia pergi dan meninggalkan Jisoo yang saat ini tengah menarik salah satu ujung bibirnya sambil menyilangkan tangan didepan dada.

“Silahkan, selesaikan masalah kalian malam ini. Kalau bisa—”

“Kalau bisa apa?”

“Guen?”

Tangannya yang semula menyilang didepan dada kini terlepas bebas kebawah, matanya terbelalak dan mulutnya terbuka seakan terintimidasi kedatangan Soonyoung detik itu.

“Kalau bisa apa aku bilang?? Coba sambung lagi kalimatnya!”

“Ngga bisa apa-apa, ayo masuk!”

Soonyoung menarik pergelangan tangan Jisoo kuat hingga si empu mengaduh kesakitan. Dekat jarak wajah antara keduanya dengan tatapan intimidasi Soonyoung kepada Jisoo yang saat ini panik akan kemarahannya yang tiba-tiba.

“Lepasin! Aku bilang lepasin Guen! Aakhh!!”

Genggaman tangan Soonyoung pada pergelangan tangannya semakin erat hingga ia mengaduh kesakitan, Soonyoung kembali menarik dekat Jisoo agar pandangan mereka bertemu.

“Akhhh sakit!! Lepasin!! Aakh—”

“Jawab gue, rencana lo ini bakalan sampai mana?”

Jisoo yang awalnya panik kini mulai menantang Soonyoung setelah mendengar kabar tahunya Soonyoung atas rencana awalnya. Ia pun menantang menatap mata soonyoung kembali kemudian dengan senyum senringai dan ujung telunjuknya yang turun mengukur tajamnya simetris garis lengkung wajah Soonyoung berucap; “sampai 17teen project bubar.”

Tak terasa eratan genggaman dipergelangan tangan Jisoo melonggar hingga ia berhasil kabur dari hadapan Soonyoung saat itu. Jisoo berlalu pergi ke toilet untuk menetralkan nafasnya. Kakinya gemetar hebat bereaksi tanpa sengaja karena baru kali ini ia berani menantang Soonyoung secara langsung.

“Guen, gue percaya lo bukan tandingan gue. Lo alpha disini, cuman takdir menginginkan gue untuk ngancurin kalian satu per satu.”

———

“Jihoon tunggu!!!”

Seokmin masih mengejar Jihoon yang langkahnya kian membabi buta. Kakinya lunglai tak berdaya menuju mini market yang terbuka 24 jam guna mengistirahatkan tubuhnya beberapa menit sebelum ia menemui Jihoon kembali. Tak lama ia keluar dari mini market, tanpa sengaja tubuhnya ditabrak oleh Jihoon yang kembali dari arah ia berlari sebelumnya bersama seekor anjing yang membuntutinya.

“AAKHH!! YAAA!! SEOKMIN ADA ANJING!!!”

“ANJING?!!! MANAA?!!”

“ITUU!! UWAAAA!!!!”

“HUSSSHH! HUSSHHH!! LARI SANA! DASAR ANJING LO! HUSSHH!!”

Setelah mengusir anjing tersebut dengan botol minumnya yang habis setengah ia teguk, Seokmin membalikkan badannya untuk melihat kondisi Jihoon yang sedang bersembunyi dibalik punggung lebarnya itu.

“Kamu ngga papa?” Ucap Seokmin kepada Jihoon sambil menganggukan kepalanya.

Seokmin merasa lega dan memeluk Jihoon dengan erat, Jihoon yang masih ketakutan dengan nafasnya separuh sengal membalas pelukan Seokmin kembali.

Soonyoung yang berlari berniat untuk mencari Jihoon juga menghentikan langkahnya tak jauh dari tempat Seokmin dan Jihoon berpelukan saat ini. Melihat hal tersebut Soonyoung yang tadinya khawatir kembali berbalik jalan menuju restoran tempat mereka berkumpul sebelumnya.

———

“Jihoon aku mau jujur, sebetulnya aku khilaf dia maksa aku, aku kebawa nafsu. Maafin aku.”

“Iyaa aku maafin, aku tau dari raut wajah dan tingkah kamu seakan dipaksa sama dia. Lain kali coba tahan nafsu mu itu bentar deh!”

“Hahhhh~ kayanya hormon aku kebanyakan deh makanya gini. Maafin yah.”

“Hahha lucu deh, iya aku juga minta maaf ya ngga bisa turutin nafsu kamu.”

“Sesekali coba terbuka sama aku, yah yang?”

“Terbuka gimana? Maksud kamu buka baju gitu?”

“Ya ampun, terbuka bukan berarti buka baju juga sayang~ ih!”

“Hahaha terus apaan?”

“Can you try taste my lips?”

“What's a flavor dulu nih?”

“Banana korean uyyuuu kesukaan kamu itu lhoo~”

“Kok bisa?”

“Kamu belum coba sih, makanya ngga tau. Soalnya aku barusan minum itu hehe.”

“Emang masih berasa apa kalau kamu minumnya barusan?”

“You wanna try dulu nih?”

“S—sure, i wanna be try? Btw caranya gimana?”

“Jihoon kamu lucu banget, aku peluk dulu sebelum aku cium nih!!”

“KALAU PELUK NGGA BOLEH CIUM!”

“yaudah peluk aja, ngga jadi ciuman kamu gemes banget aku ngga tahan.”

“Alhamdulillah, mulut aku masih perjaka”

“Kamu pernah ciuman tau.”

“ITU KEPAKSA!!”

“HAHAHAH GOMEN GOMEN!”